Ketika malam menjelang dan saya mulai surut untuk beristirahat, layar TV itu menjadi bagian pengisi hari, sembari mendengarkan serta menontong saya pun menggenggam koran hari ini. Entah kenapa saya ingin sekali berkomentar tentang ulasan atas pembahasan di TV tersebut mengenai terkuaknya skandal korupsi kaliber besar di negeri ini.
Demokrasi & kehidupan bernegara kita telah berkembang dan mereposisikan diri pasca Reformasi -98, kebebasan informasi, keterbukaan serta partisipasi publik dalam melakukan pengawasan baik melalui media massa maupun lembaga non govermental terbangun.
Namun demikian memang tidak semuanya memberikan dampak yang baik, salah satunya adalah over ekspose kejahatan politik, korupsi, kolusi dan manipulasi kini menjadi menu tontonan sehari-hari. Bahkan nampaknya tiada tema berita lain yang menjadi headline selain persoalan tersebut, padahal begitu banyak prestasi yang juga diukir dari anak negeri ini.
Dalam posisi seperti itu, memang jadi keprihatinan kita, namun juga bukan sebuah kondisi yang dapat dipersalahkan, karena satu situasi hakikatnya dapat menjadi positif atau negatif tergantung dari bagaimana kita memberi pemaknaan & pembelajaran atas hal tersebut.
Koran hari ini telah habis saya baca, ya seperti biasa lembaran koran itu baru bisa diselesaikan pada waktu malam. Kalau pagi hanya selintas headlinenya saja yang sempat terbaca, seperti biasa isinya politik nan kejam, kriminalitas, dll namun tetap saja menarik.
Lalu..... Cling, hehehe sebuah email masuk. Apa ya isinya?
Bu, saya bingung dengan negara ini, kenapa banyak pemimpin yang tidak bisa ditiru ya? Politik jadi tontonan di TV tapi tetap yang kelihatan adalah hal yang buruk, bagaimana ya kiranya bu nasib kami? R, 24 tahun, Bekasi
Koq ya pas sih dengan apa yang saya sedang pikirkan? Jangan-jangan memang sebahagian dari kita sudah bosan akan berita buruk yang menjadi menu konsumsi harian. Hmm.. sembari memformulasikan respond terbaik atas pertanyaan itu, saya menuliskan hal berikut:
Untuk Mas Bro R yang galau. Kalau untuk urusan galaw tingkat negara tentu skalanya lebih besar dari sekedar galau karena urusan lomba balap karung tingkat RT/RW ya.
Adik R tidak perlu risau memikirkan kepemimpinan yang saat ini seperti ini. Tapi HARUS berjuang melakukan hal yang anda harapkan. Sebagai generasi penerus yang harus bisa memperbaiki keadaan. Semua itu mulai dari DIRI SENDIRI , dari keluarga.
Maka bila anda juga calon jadi orang tua/ atau sudah ya ?-soalnya banyak juga berita nih soal pernikahan siri dan perceraian via BBM text (wedew). Bila telah menjadi orang tua maka didiklah anak anda berikanlah pondasi yang KUAT, sehingga bila ada angin yang menerpa tak kan tergoyahkan.
Semua berawal dan bermula dari POLA ASUH. Dan LINGKUNGAN sangat mendukung. Memperkuat basis spiritualitas dan berkumpul dengan komunitas yang baik menjadi bagian guna memperteguh komitmen Anda bagi perubahan.
Apabila lingkungan seperti itu yaaaaah bila tidak mengikuti dibilang MEMBANGKANG. Maka di pundak anda anda lah generasi penerus yang HARUS memperbaikinya.
Camkan betul betul kata saya ini : JANGAN MENUKAR Kebenaran & Ketentuan Illahi DENGAN KESUKSESAN. Bila anda merasa malu ini semua sudah terjadi. dan kita harus bisa memperbaiki keadaan ini.
Mari kita semuanya memperbaiki dari diri sendiri. Demikian semoga bermanfaat.
Susah sekali lepas dari keseriusan ketika membahas soal ini, namun saya tetap percaya bahwa masih banyak diluar sana generasi muda yang tangguh dan memilki nilai budi pekerti yang baik dan dapat membawa masa depan menjadi lebih gilang gemilang. Aamiin.
Demokrasi & kehidupan bernegara kita telah berkembang dan mereposisikan diri pasca Reformasi -98, kebebasan informasi, keterbukaan serta partisipasi publik dalam melakukan pengawasan baik melalui media massa maupun lembaga non govermental terbangun.
Namun demikian memang tidak semuanya memberikan dampak yang baik, salah satunya adalah over ekspose kejahatan politik, korupsi, kolusi dan manipulasi kini menjadi menu tontonan sehari-hari. Bahkan nampaknya tiada tema berita lain yang menjadi headline selain persoalan tersebut, padahal begitu banyak prestasi yang juga diukir dari anak negeri ini.
Dalam posisi seperti itu, memang jadi keprihatinan kita, namun juga bukan sebuah kondisi yang dapat dipersalahkan, karena satu situasi hakikatnya dapat menjadi positif atau negatif tergantung dari bagaimana kita memberi pemaknaan & pembelajaran atas hal tersebut.
Koran hari ini telah habis saya baca, ya seperti biasa lembaran koran itu baru bisa diselesaikan pada waktu malam. Kalau pagi hanya selintas headlinenya saja yang sempat terbaca, seperti biasa isinya politik nan kejam, kriminalitas, dll namun tetap saja menarik.
Lalu..... Cling, hehehe sebuah email masuk. Apa ya isinya?
Bu, saya bingung dengan negara ini, kenapa banyak pemimpin yang tidak bisa ditiru ya? Politik jadi tontonan di TV tapi tetap yang kelihatan adalah hal yang buruk, bagaimana ya kiranya bu nasib kami? R, 24 tahun, Bekasi
Koq ya pas sih dengan apa yang saya sedang pikirkan? Jangan-jangan memang sebahagian dari kita sudah bosan akan berita buruk yang menjadi menu konsumsi harian. Hmm.. sembari memformulasikan respond terbaik atas pertanyaan itu, saya menuliskan hal berikut:
Untuk Mas Bro R yang galau. Kalau untuk urusan galaw tingkat negara tentu skalanya lebih besar dari sekedar galau karena urusan lomba balap karung tingkat RT/RW ya.
Adik R tidak perlu risau memikirkan kepemimpinan yang saat ini seperti ini. Tapi HARUS berjuang melakukan hal yang anda harapkan. Sebagai generasi penerus yang harus bisa memperbaiki keadaan. Semua itu mulai dari DIRI SENDIRI , dari keluarga.
Maka bila anda juga calon jadi orang tua/ atau sudah ya ?-soalnya banyak juga berita nih soal pernikahan siri dan perceraian via BBM text (wedew). Bila telah menjadi orang tua maka didiklah anak anda berikanlah pondasi yang KUAT, sehingga bila ada angin yang menerpa tak kan tergoyahkan.
Semua berawal dan bermula dari POLA ASUH. Dan LINGKUNGAN sangat mendukung. Memperkuat basis spiritualitas dan berkumpul dengan komunitas yang baik menjadi bagian guna memperteguh komitmen Anda bagi perubahan.
Apabila lingkungan seperti itu yaaaaah bila tidak mengikuti dibilang MEMBANGKANG. Maka di pundak anda anda lah generasi penerus yang HARUS memperbaikinya.
Camkan betul betul kata saya ini : JANGAN MENUKAR Kebenaran & Ketentuan Illahi DENGAN KESUKSESAN. Bila anda merasa malu ini semua sudah terjadi. dan kita harus bisa memperbaiki keadaan ini.
Mari kita semuanya memperbaiki dari diri sendiri. Demikian semoga bermanfaat.
Susah sekali lepas dari keseriusan ketika membahas soal ini, namun saya tetap percaya bahwa masih banyak diluar sana generasi muda yang tangguh dan memilki nilai budi pekerti yang baik dan dapat membawa masa depan menjadi lebih gilang gemilang. Aamiin.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !