Berita Terbaru :
 photo Graphic1-31_zpsc1f49be2.jpg
Home » » Kepada Siapa ? Kita Harus Mengadu.!

Kepada Siapa ? Kita Harus Mengadu.!


“Jika polisi, jaksa dan hakim sudah jahat, kepada siapa kita mengadu?”
Jawaban pertanyaan ini sangat enteng, mengandung kebenaran tapi kadang kita sendiri sulit menerimanya, yaitu “Tuhan.”
Sepertinya memang kuasa Tuhan semakin tak terlihat, kalah oleh kuasa lain yang bernama “uang”. Tak sedikit kaum miskin yang hatinya telah dipenuhi oleh emosi atau luluh lantak oleh keputusasaan, sehingga tak lagi mampu mengucap do’a. Karna tak ada uang yang kuasa, mereka menggunakan amarah, menimbulkan tragedi berdarah.
Mereka yang sederhana dalam berfikir, memiliki pendapat bahwa menjadi kaya dan bermartabat hanya bisa diraih dengan kebohongan bak wakil rakyat. Atau kebohongan a la papan nama praktek dokter yang tertulis “Buka Praktek Pukul 17.00″ tapi sang dokter baru nongol pukul 19.00. Ah, ternyata, bohong a la kampanye maupun bohong a la papan nama membuat sang pembohong bisa naik mobil bagus, begitu pikiran sederhana mereka.
Kebohongan memang ada dimana-mana, dari orang yang berpura-pura jadi pengemis sampai kebohongan kelas korporat seperti operator seluler. Tak perlu marah, tak perlu larut ikut-ikutan jadi pembohong, jadikan sebagai cermin apakah kita membohongi diri sendiri atau tidak.
kebohongan kita pada bangsa sendiri sudah sedemikian payah, sehingga kita tak lagi mengenali kekayaan bangsa. Kita tak mengenali tanah kita yang subur sehingga beras pun harus impor. Kita tak mengenali kekayaan laut kita sendiri sehingga garam pun impor. Kita tak mengenali sumber daya alam mineral sehingga kita serahkan pada penguasaan asing.
Cobalah singkirkan sejenak kebohongan, agar kita tidak membohongi diri sendiri, sehingga kita pun dapat menerima diri kita apa adanya. Kemudian kita panjatkan doa agar Tuhan memberikan yang terbaik untuk negeri kita. Dengan kita mampu menerima diri kita apa adanya maka kita pun akan mampu menerima apapun pemberian Tuhan. Sehingga jika “yang terbaik menurut Tuhan” sangat jauh berbeda dengan “yang terbaik menurut kita“, maka kita pun bisa menerimanya dengan lapang dada.
Bahkan, hal yang terbaik menurut Tuhan adakalanya berarti menghancurkan diri kita. Mungkin kita berdoa memohon agar bisa membeli sepeda motor agar kita bisa menjalani hidup dengan lebih baik. Tapi menurut Tuhan, sepeda motor bukan hal yang terbaik bagi kita sehingga kita tak pernah berkesempatan memilikinya. Tapi bisa juga Tuhan menilai bahwa yang terbaik untuk kita adalah sebuah mobil, sehingga Tuhan pun memberikan mobil.
Itulah inti keikhlasan doa, bahwa kita ikhlas menerima dampak buruk dari do’a kita sendiri. Persis seperti pepatah China kuno .. Becareful with your wish.
Sudahkan kita berani berdoa agar Tuhan memberikan yang terbaik untuk Bangsa Indonesia serta ikhlas menerima segala konsekuensinya?
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Next Prev home
 
Support : Creating Website | Mas Imam
Copyright © 2009. GREEN GENERATION - All Rights Reserved