Berita Terbaru :
 photo Graphic1-31_zpsc1f49be2.jpg
Home » » MUTASYABIH

MUTASYABIH


BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu al Hadis telah melalui berbagai tahap – tahap perkembangannya dalam sejarah.Pembahasan tentang rawi sangat penting dalam kaitannya dengan pengetahuan akan derajat hadis.Ilmu tentang rawi semakin rumit lantaran ia menyentuh tentang segala hal yang berkaitan dengan rawi.Kadang kala nama seorang tersebut sama dengan rawi lain,atau kunyahnya yang sama,atau seorang rawi hanya dikenal dengan kunyahnya semata – mata sehingga perlu diketahui nama aslinya,nasabnya,sukunya agar jelas siapa dia yang sebenarnya.
Maka dalam makalah ini akan dibahas lebih rinci tentang mutasyabih.

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Al Mutasyabih
            Mutasyabih artinya yang serupa.Secara terminologi adalah keserupaan nama rawi dengan rawi yang lainnya atau keserupaan dalam kenisbatannya dalam penulisan dan penyebutannya.[1]Para ulama hadis menyebut mutasyabih adalah para perawi yang memiliki nama dan nama ayahnya sama,tetapi berbeda dalam penyebutan/pengucapan.Mutasyabih merupakan gabungan al mu’talif wa al mukhtalif dan al muttafiq  wal al muftariq.
B.Bentuk – Bentuk Mutasyabih
            Al  mutasyabih memiliki beberapa bentuk antara lain:
1.      Perawi yang memiliki nama dan nama ayah yang sama dalam tulisan tapi berbeda penyebutan.
Contoh:a)Ayyub Bin Bashir ((ايوب بن بصرdan Ayyub bin Busyair( ايوب بن بشىر )
Sesungguhnya nama Ayyub ditemukan dua perawi yang mana nama dan nama ayahnya sama,akan tetapi yang pertama nama ayahnya ب nya dibaca fathah dan yang kedua   بnya dibaca dhommah dan ditasghir.
b)Muhammad bin Uqeil dan Muhammad bin Aqiil.
 Yang pertama adalah Al Naisaburi dan yang kedua adalah Faryabi.Keduanya adalah dua tokoh yang sama – sama masyur dikalangan ulama hadis.
2.      Kebalikan yang pertama,perawi yang memiliki nama dengan tulisan  yang sama ,pengucapannya berbeda.Tetapi nama ayahnya sama .
Contoh: Syuraih Ibn Nu’man( شريح بن النعمان) dan Syuraij Ibn Nu’man (سريج بن النعمان )
Syuraih sama dengan Suraij dalam tulisan,karena kedua – keduanya,asalnya katanya (سرىح ) tetapi berbeda pengucapan (hurufnya lain,yang satu pada awal sy(ش ) dan akhirnya h(ح ) dan yang kedua awalnya s (س )dan akhirnya j(ج )sedangkan nama bapaknya sama pada tulisan dan ucapan yaitu Nu’man.[2]Suraih adalah tabi’in sedangkan Suraij adalah salah satu guru dari Bukhari.
3.      Nama,nama ayahnya dan nisbahnya sama dengan tulisan tetapi berbeda pengucapannya.
Contoh:Muhammad bin Abdullah Al Mukharimi( محمد بن عبدالله المخرمى) dan     Muhammad bin Abdullah Al Makhrami(محمد بن عبدالله المخرمى).
Yang pertama nisbah pada tempat di Baghdad yaitu Mukharimi,dan yang kedua  adalah nisbah kepada Makhramah bin Nufal.
4.      Kebalikan yang ketiga,secara tertulis namanya sama tetapi berbeda pengucapannya dan memiliki nama nisbah yang  sama.
Contoh:Hannan Al Asadi(هنان الاسدى ) dan Hayyan Al Asadi (هيان الاسدى ).
Yang pertama adalah tabi’in dari Basrah ,dan yangt kedua adalah tabi’in dari Kuffah.
5.      Secara tertulis kunyahnya sama tetapi memiliki perbedaan pengucapan dan memiliki nisbah yang sama.
Contoh :Abu Rahhal Al Anshari (ابو الرجال الانصارى ) dan Abu Rihhal Al Anshari (ابو الرجال الانصارى).
            Yang pertama adalah Muhammad bin Khalid Al Bashari(dhoif)sedangkan yang kedua Muhammad bin Abdurrahman(rawi yang kuat tsiqoh).
6.      Kebalikan yang kelima
Contoh:Abu Amru Al Syeburi dan Abu Amru al Seibani.
Yang pertama kunyahnya bagi sekelompok termasuk Abu Amru dan Sa’ad bin Iyas.Dan yang kedua Abu Amru yaitu Ishaq Abu Mirar.
C.Al Musytabih Maqlub
            Al Musytabih al Maqlub adalah nama seorang yang sama dengan nama bapak rawi lain,baik tulisan maupun bacaannya dan sebaliknya nama rawi yang kedua sama dengan nama bapak rawi yang pertama.[3]Musytabih maqlub yaitu memiliki kesamaan tetapi saling tumpang tindih antara nama anak dan ayah dari dua perawi.[4]
            Contoh:Al Aswad bin Yazid dan Yazid bin Al Aswad.Al Walid bin Muslim dan Muslim bin al Walid.Al Bukhori pernah terbalikketika menyebut rawi yang terakhir inidalam kitab tarikhnya.Beliau menyebutnya dengan  al Walid bin Muslim.











BAB III
KESIMPULAN

            Dari kajian aneka ragam ilmu hadis dalam konteksnya dengan pribadi – pribadi rawi maka bisa menghantarkan seseorang pada pengetahuan akan identitas seorang rawi  dan mengetahui batas – batasnya dalam segala aspek,waktu,ruang,dan nama.
            Dengan mengetahui pribadi – pribadi rawi secara mendetail  maka kita dapat mengetahui kriteria diterima atau ditolaknya riwayat seorarng rawi,serta bersambung atau tidak sanadnya seorang perawi tersebut.Sehingga seseorang dapat membedakan setiap rawi dengan rawi yang lain.Sebab dalam meriwayatkan hadis banyak terdapat kesamaan nama,kunyah.Maka dalam dalam meneliti hadis shahih atau tidak harus mampu membedakan keserupaan nama,kunyah,laqab yang serupa antara rawi yang satu dengan rawi yang lain.
 Mutasyabih adalah para perawi yang memiliki nama dan nama ayahnya sama,tetapi berbeda dalam penyebutan/pengucapan.Mutasyabih merupakan gabungan al mu’talif wa al mukhtalif dan al muttafiq  wal al muftariq.Mutasyabih memiliki berbagai bentuk yang mengantarkan kita pada pemahaman yang benar dan tidak keliru dengan perawi yang lain sebab apabila keliru dengan perawi lain akan mempengaruhi kualitas sebuah hadis.









DAFTAR PUSTAKA
           
 Totok Jumantono.Kamus Ilmu Hadis.(Jakarta:Bumi Aksara,1997)
Nurudin Itr.Ulum Al Hadis 1.(Bandung:Rosda,1994)
Ali Farhat,Muhammad.Dirasah Fi Ulumul Hadis.(Kairo:Al Fajar Al Jadid,1994)


[1] Ali Farhat,Muhammad.Dirasah Fi Ulumul Hadis.(Kairo:Al Fajar Al Jadid,1994) hal.49

[2] .Totok Jumantono.Kamus Ilmu Hadis.(Jakarta:Bumi Aksara,1997)hal.188
[3] Nurudin Itr.Ulum Al Hadis 1.(Bandung:Rosda,1994)hal.166
[4] Ali Farhat,Muhammad.Dirasah Fi Ulumul Hadis.(Kairo:Al Fajar Al Jadid,1994) hal.50

Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Next Prev home
 
Support : Creating Website | Mas Imam
Copyright © 2009. GREEN GENERATION - All Rights Reserved