BAB I
PENDAHULUAN
Melihat betapa
pentingnya dan sentralnya posisi sebuah penafsiran Al Qur’an,maka harus
berpegang pada kaidah – kaidah penafsiran.Salah satu kaidah tersebut adalah
pengulangan ma’rifat nakirah.Pengulangan kata yang sama dalam suatu ungkapan
atau kalimat mengandung maksud tertentu dari si pembicara. Pengulangan ma’rifat
dengan ma’rifat, secara umum dalam bahasa arab menunjukkan kepada benda yang
itu juga, sebaliknya pengulangan nakirah dengan nakirah menunjukkan kepada
benda yang berlainan.
Pengulangan ism
yang terjadi dalam Al Qur’an maka ditemukan empat kategori. Pertama,
pengulangan ma’rifah dengan ma’rifah, kedua pengulangan nakirah dengan nakirah,
ketiga pengulangan nakirah dengan ma’rifah, keempat pengulangan ma’rifat dengan
nakirah.
Maka dalam malakah ini akan dibahas mengenai
pengulangan ma’rifat nakirah.
BAB II
PEMBAHASAN
1)Pengulangan Ma’rifat dengan Ma’rifat
Pengulangan ma’rifat dengan ma’rifat adalah pengulangan kata yang
sama dalam satu redaksi,kata yang pertama sama kandungan maknanya dengan kata
yang kedua.[1] Kedua
kata tersebut menunjukkan kepada satu obyek meskipun diulang dua kali seperti kata
( عُسْر)di dalam ayat 5 – 6 pada surat Insyirah
¨bÎ*sù yìtB Îô£ãèø9$# #·ô£ç
ÇÎÈ
¨bÎ) yìtB Îô£ãèø9$# #Zô£ç
ÇÏÈ
Karena sesusumgguhnya bersama al
‘Usr ( kesulitan ) ada Yusra (kemudahan)[5]. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada
kemudahan [6].
Di sini kata al
-‘usr (kesulitan) berbentuk ma’rifat ditemukan
dua kali, masing – masing pada ayat 5 dan 6. Ini berarti keduanya mengandung
maka yang sama.
Pola
serupa banyak ditemukan dalam Alquran seperti kata jinnah dalam QS.al – Shaffat:158
(#qè=yèy_ur ¼çmuZ÷t/ tû÷üt/ur Ïp¨YÅgø:$# $Y7|¡nS 4 ôs)s9ur ÏMyJÎ=tã èp¨YÅgø:$# öNåk¨XÎ) tbrç|ØósßJs9 ÇÊÎÑÈ
Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin. dan
Sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka )
Contoh lain kata اْلدِّيْنَ dalam QS.Az Zumar:
2-3
!$¯RÎ) !$uZø9tRr& øs9Î) |=»tFÅ6ø9$# Èd,ysø9$$Î Ïç7ôã$$sù ©!$# $TÁÎ=øèC çm©9 úïÏe$!$# ÇËÈ wr& ¬! ß`Ïe$!$# ßÈÏ9$sø:$# 4 úïÏ%©!$#ur (#räsªB$# ÆÏB ÿ¾ÏmÏRrß uä!$uÏ9÷rr& $tB öNèdßç6÷ètR wÎ) !$tRqçÌhs)ãÏ9 n<Î) «!$# #s"ø9ã ¨bÎ) ©!$# ãNä3øts óOßgoY÷t Îû $tB öNèd ÏmÏù cqàÿÎ=tGøs 3 ¨bÎ) ©!$# w Ïôgt ô`tB uqèd Ò>É»x. Ö$¤ÿ2 ÇÌÈ ÇÌÈ
2. Sesunguhnya kami
menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
3. Ingatlah, Hanya
kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang
mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka
melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-
dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa
yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang
yang pendusta dan sangat ingkar.
Contoh lain kata اّلشمس dan اّلقمر dalam QS. Fushilat:37
ô`ÏBur ÏmÏG»t#uä ã@ø©9$# â$yg¨Y9$#ur ߧôJ¤±9$#ur ãyJs)ø9$#ur 4 w (#rßàfó¡n@ ħôJ¤±=Ï9 wur ÌyJs)ù=Ï9 (#rßßÚó$#ur ¬! Ï%©!$# Æßgs)n=yz bÎ) öNçFZà2 çn$Î) crßç7÷ès? ÇÌÐÈ
Dan di
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan.
janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang
menciptakannya, jika ialah yang kamu hendak sembah.
Jelas
bahwa konotasi dua kata yang berulang dalam contoh – contoh diatas menunjukkan
kepada satu objek, bukan kepada dua obyek yang berlainan. Namun ada sebagian
ulama yang menolak pendapat itu seperti al Syaykh Baha’al – Din dalam kitab
‘Arus al Afrah, sebagaimana yang dikutip al Suyuthi, menyatakan bahwa kaidah
tersebut tidak berlaku secara umum sebab banyak ayat Al Qur’an yang
meruntuhkannya seperti kata الْاِحْسَان dalam QS.Ar Rahman :60
ö@yd
âä!#ty_ Ç`»|¡ômM}$#
wÎ) ß`»|¡ômM}$#
ÇÏÉÈ
Yang pertama berarti “amal”dan yang kedua
berarti “pahala” padahal keduanya sama – sama ma’rifat,contoh lain kata annafsa dalam QS.Al Maidah : 45
$oYö;tFx.ur öNÍkön=tã !$pkÏù ¨br& }§øÿ¨Z9$# ħøÿ¨Z9$$Î ú÷üyèø9$#ur Èû÷üyèø9$$Î y#RF{$#ur É#RF{$$Î cèW{$#ur ÈbèW{$$Î £`Åb¡9$#ur Çd`Åb¡9$$Î yyrãàfø9$#ur ÒÉ$|ÁÏ% 4 `yJsù X£|Ás? ¾ÏmÎ uqßgsù ×ou$¤ÿ2 ¼ã&©! 4 `tBur óO©9 Nà6øts !$yJÎ tAtRr& ª!$# y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbqßJÎ=»©à9$# ÇÍÎÈ
45. Dan kami Telah tetapkan
terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa,
mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan
gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. barangsiapa yang melepaskan (hak kisas)
nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. barangsiapa tidak
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah
orang-orang yang zalim.
Yang pertama berarti pembunuh yang kedua
berarti yang dibunuh, keduanya juga sama – sama ma’rifat.
Al Suyuthi menolak pandapat Baha’Al Din
dengan mengatakan bahawa kritik tersebut kurang mengenai sasaran karena ال pada الْاِحْسَان itu berkonotasi jenis
(umum) sama maknanya dengan nakirah.
Jika diamati dengan teliti perbedaan
pendapat kedua tokoh ini sebenarnya tidak terlalu prinsipil tapi bersifat
lafdzi (redaksional )karena pada dasarnya keduanya sependapat bahwa semua kata ma’rifat
yang berulang dalam Qur’an menunjukkan kepada satu obyek ,tetapi ada yang menunjukkan
kepada dua obyek yang berbeda. [2]
2) Pengulangan Nakirah dengan Nakirah
Pengulangan
nakirah dengan nakirah adalah pengulangan
kata yang sama dalam satu redaksi, kandungan makna kata yang kedua berbeda dengan yang pertama meskipun bentuk
dan bacaannya persis sama dengan kata yang pertama.[3]
Seperti kata yusraa(يُسْرًا)
dalam QS.Insyirah :5-6
¨bÎ*sù yìtB Îô£ãèø9$# #·ô£ç
ÇÎÈ
¨bÎ) yìtB Îô£ãèø9$# #Zô£ç
ÇÏÈ
Karena sesusumgguhnya bersama al
‘Usr ( kesulitan ) ada Yusra (kemudahan)[5]. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada
kemudahan [6].
Berarti yusraa ( يُسْرًا ) yang kedua bukanlah yusra yang pertama. Contoh lain misalnya
kata (ضَعْفٍ ) yang terulang 3 kali dalam QS. Ar Rum : 54
ª!$# Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB 7#÷è|Ê ¢OèO @yèy_ .`ÏB Ï÷èt 7#÷è|Ê Zo§qè% ¢OèO @yèy_ .`ÏB Ï÷èt ;o§qè% $Zÿ÷è|Ê Zpt7øx©ur 4 ß,è=øs $tB âä!$t±o (
uqèdur ÞOÎ=yèø9$# ãÏs)ø9$# ÇÎÍÈ
54.
Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, Kemudian dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, Kemudian dia
menjadikan (kamu) sesudah Kuat itu lemah (kembali) dan beruban. dia menciptakan
apa yang dikehendaki-Nya dan dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.
Kata (ضَعْفٍ ) yang pertama berarti “
nutfah”, yang berarti “masa kanak – kanak” , dan yang ketiga “masa tua”.
Namun tidak semua
pengulangan kata nakirah dalam Al Qur’an menunjukkan kepada obyek yang
berlainan sebab ada pengulangan kata nakirah dalam ayat Al Qur’an yang
berkonotasi sama. وَهُوَالَّذِى فِى السَّمَاءِاِلَهٌ وَفِى الْاَرْضِ
اِلَهٌ kata اِلَهٌ diulang dua kali dan
berbentuk nakirah. Sehingga sepintas
terkesan ayat ini bermakna bahwa ada Tuhan dilangit dan Tuhan di bumi. Pemahaman tersebut tentu sangat keliru
karena bertentangan secara nyata dengan ayat – ayat lain yang menyatakan bahwa
Tuhan di langit dan di bumi hanya satu, tidak ada duanya. Thayyibi sebagaimana
yang yang dikutip As Suyuti dan al Zarkasyi, mengatakan bahwa hal ini
memperpanjang ungkapan dengan tujuan mensucikan Allah dari selain sifat
ketuhanan (sehingga Tuhan bersih dari punya anak dan sebagainya). Abu Hayyan
menjelaskan pengulangan tersebut tampak lebih rasional dengan menjelaskan bahwa
اِلَهٌ dalam itu berkonotasi معلبود (yang disembah).Jadi
artinya Allah itu benar – benar diakui secara eksplisit,baik dilangit dan di
bumi. [4]
Contoh
lain kata قِثَالٍ dalam QS. Al Baqarah :217,kata نَذِيْرٌ dalam QS. Al Mulk:
8-9, kata اَيَةٌ Al An’am :37,kata غَضَبٍ dalam Al Baqarah :90.
Ketiga kata nakirah yang terulang dalam ayat – ayat itu tampak konotasinya
sama,artinya pengulangan tersebut tidak membawa perubahan makna dari kata yang
sama yang telah disebut sebelumnya.Menurut Al Baha’ al Din yang mengatakan
bahwa karena pengulangan nakirah tidak memenuhi persyaratan.
Persyaratan pengulangan nakirah :
1. Kedua kata yang berulang berada dalam satu ungkapan
2. Ada hubungan yang erat antara kata yang pertama dengan kata yang kedua
yang memakai harf al ‘athf(kata penghubung)
3. Pengulangan tersebut berasal dari satu pembicara yang sama(tidak dari
pembicara yang berbeda)
3) Pengulangan Nakirah dengan Ma’rifah
Pengulangan
nakirah dengan ma’rifah adalah kata yang kedua menunjukka pada obyek yang
pertama misalnya kata الرَّسُولَ dalam dalam ayat 16 dariفِرْعَوْنُ الرَّسُوْلَ المزمل فَعَصَى (الرَّسُولَ sama artinya dengan رَسُوْلًا) dalam ayat 15 sebelumnya (فِرْعَوْنَ رَسُوْلًا كَمَااَرْسَلْنَااِلَى ).Contoh lain :QS.An Nur:35
* ª!$# âqçR ÅVºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 ã@sWtB ¾ÍnÍqçR ;o4qs3ô±ÏJx. s%qã$pkÏù îy$t6óÁÏB (
ßy$t6óÁÏJø9$# Îû >py_%y`ã (
èpy_%y`9$# $pk¨Xr(x. Ò=x.öqx. AÍhß ß `ÏB ;otyfx© 7p2t»t6B 7ptRqçG÷y w 7p§Ï%÷° wur 7p¨Îóxî ß%s3t $pkçJ÷y âäûÓÅÓã öqs9ur óOs9 çmó¡|¡ôJs? Ö$tR 4 îqR 4n?tã 9qçR 3 Ïöku ª!$# ¾ÍnÍqãZÏ9 `tB âä!$t±o 4 ÛUÎôØour ª!$# @»sWøBF{$# Ĩ$¨Y=Ï9 3 ª!$#ur Èe@ä3Î >äóÓx« ÒOÎ=tæ ÇÌÎÈ
Dan dalam QS.As syura’:26 – 35 dan Qs. An nisa :168
Dua
kata yang berulang dalam ketiga contoh itu mempunyai konotasi yang sama, tidak
ada perbedaan antara yang pertama dengan yang kedua seperti kata اَلمِصْبَاحُ denganمِصْبَاحٌ ,الزُّجَاجَةُ dengan زُجَاجَةَ
, صِرَاطٍ مُسْثَقيْمٍ dengan صِرَاطِاللهِ pada contoh kedua dan الصُّلْحُ dengan صُلْحًا pada contoh ketiga.[5]
4) Pengulangan Ma’rifat dengan Nakirah
Untuk
memahami pola kalimat serupa ini tidak ketentuan khusus, tapi tergantung
konteks.Apabila konteksnya menunjukkan pemahaman yang berbeda maka pemahaman
kedua kata tersebut berbeda, sebaliknya jika konteksnya menunjukkan pengertian
yang sama, maka pengertian kata itu sama pula. Contoh kata سَاعَةٍ yang terdapat dalam QS.Ar Rum
:55
tPöqtur ãPqà)s? èptã$¡¡9$# ÞOÅ¡ø)ã tbqãBÌôfãKø9$# $tB (#qèVÎ6s9 uöxî 7ptã$y 4 Ï9ºxx. (#qçR%x. tbqä3sù÷sã ÇÎÎÈ
55. Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah
orang-orang yang berdosa; "mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan
sesaat (saja)". seperti Demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari
kebenaran)
Mempunyai
pengertian yang berbeda. سَاعَةُ yang pertama berarti
“hari kiamat” sedang yang kedua berarti “saat (jam)”.Contoh yang mengandung
pengertian yang sama seperti kata قُرْاَنَ dalam QS.Az Zumar
ayat 28 sama artinya dengan ayat 27.
ôs)s9ur $oYöuÑ Ä¨$¨Y=Ï9 Îû #x»yd Èb#uäöà)ø9$# `ÏB Èe@ä. 9@sWtB öNßg¯=yè©9 tbrã©.xtGt ÇËÐÈ $ºR#uäöè% $Îttã uöxî Ï 8luqÏã öNßg¯=yè©9 tbqà)Gt ÇËÑÈ
27. Sesungguhnya Telah kami buatkan bagi manusia
dalam Al Quran Ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.
28. (ialah) Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak
ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.
BAB III
PENUTUP
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengulangan
kata dalam Al qur’an ada empat
kategori,yaitu pertama,
pengulangan ma’rifah dengan ma’rifah, kedua pengulangan nakirah dengan nakirah,
ketiga pengulangan nakirah dengan ma’rifah, keempat pengulangan ma’rifat dengan
nakirah.Pengulangan lafadz ayat – ayat dalam Al Qur’an tidak secara
kebetulan tetapi secara sengaja dengan sedemikian rupa agar membawa pesan –
pesan yang dimaksud yang tersimpan dalam suatu pengulangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Baidan,
Nashruddin.Metode Penafsiran Al Qur’an.(Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2002)
Baidan,
Nasruddin.Wawasan Baru Ilmu Tafsir.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2005)
Shihab
,M.Quraish.Membumikan Al Qur’an jilid 2.(Tangerang: Lentera
Hati,2011)
[1] .M.Quraish Shihab.Membumikan Al Qur’an jilid 2.(Tangerang:
Lentera Hati,2011)h.636
[2] .Nasruddin Baidan.Wawasan Baru Ilmu Tafsir.(Yogyakarta:Pustaka
Pelajar,2005)h.304
[3] . M.Quraish Shihab.Membumikan Al Qur’an jilid 2.h.636
[4] . Nasruddin Baidan.Wawasan Baru Ilmu Tafsir.h.306
[5] . Nasruddin Baidan.Wawasan Baru Ilmu Tafsir.h.307
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !