Seorang
ibu menangis saat melihat bayi kecilnya yang merengek minta susu, namun si ibu
tidak bisa berbuat apa- apa selain bergumam dalam hati.
sabarlah
anak ku, ibu tahu rengekan mu ini adalah sebuah tangisan sedih, karena
kebutuhan mu akan susu tidak dapat ibu penuhi, kandungan asi pun ibu tidak
punya, maklum anak ku, kedua payudara ibu juga tidak bisa menghasilkan
Asi, karena keterbatasan ekonomi sehingga semenjak ibu menikah dengan ayah mu
sampai ibu mengandung, ibu tidak bisa membelikan makanan dan minuman yang
bergizi untuk ibu konsumsi, sehingga sampai hari ini tubuh ibu mu ini tidak
bisa memproduksi yang namanya gizi, namun cukup ibu yang tahu.
Hanya
air putih yang saat ini ibu bisa suguhkan buat mu yang sedang dahaga, dibalik
gerahnya keinginan mu untuk meneguk segelas susu yang nikmat hasil produksi
perusahaan besar milik pengusaha, aku tahu kamu juga ingin mencicipi susu ber-
merk Dancow, Bebelac, Sustagen, yang semuanya bermutu tinggi, dan katanya bisa
meningkatkan gizi serta kecerdasan bagi otak mu karena katanya mengandung DHA
dan omega 6, tapi apa daya, uang ibu dan ditambah uang bapak mu yang sehari-
hari bekerja serabutan hanya menghasilak Dua puluh ribu rupiah, itu juga sudah
terlampau banyak, namun sabarlah anak ku, jika nanti bapak mu pulang membawakan
beras satu kilo gram, ibu akan segera tanak, dan air Nasi akan ibu olah
sehingga warna akan sama seperti air susu, kbetulan ada sisa satu sendok makan
Gula, yang sengaja ibu sisakan buat mu agar bisa ibu campurkan kedalam air
Beras yang ibu tanak nantinya. Itu juga jika bapak mu membawa pulang beras,
jika tidak maka, makan untuk hari ini saja kita tidak bisa.
Namun
anak ku, untuk mu, ibu sudah menyimpan dua buah pisang monyet, jika tidak ada
bubur nasi yang bisa ibu suapkan buat mu, paling tidak dua pisang yang tersisa
bisa menutupi keroncongnya perut mu, kami tidak apa jika tidak makan, yang
penting kami bisa membesarkan mu dengan kasih sayang.
Oh
ya anak ku, ibu berharap kamu kelak bisa tumbuh dewasa dan besar, dan ibu juga
berharap mampu mendidik mu serta memberikan mu jenjang pendidikan setinggi-
tingginya, sehingga nasib mu tidak seperti ibu dan bapak mu, perjuangan kami
untuk membesarkanmu tidak akan berhenti meski kami harus mati berkalang tanah
anak ku, sebenarnya saat ini ada kegundahan yang ibu rasakan, dimana
kabar dari tetangga depan rumah kita, yang menjulang besar itu, katanya BBM
akan naik, dan otomatis semua harga akan Naik, kegundahan ini yang sedang ibu
pendam anak ku, kegundahan dimana sebentar lagi harga sembako akan naik, bukan
itu saja anak ku, ibu tidak tahu bagaimana nantinya bisakah kami membeli semua
itu agar kita bisa mempertahankan hidup dibalik sulitnya ekonomi yang didapat
saat ini, dan adakah rumah kita masih bisa kita terangi dengan lampu teplok
saat harga BBM naik, atau kita akan meraba dibalik gulitanya rumah kita, karena
tidak mampu membeli lagi mitan yang harganya akan melonjak, akibat dari
subsidinya dicabut, kata pemerintah pencabutan subsidi untuk menyelamatkan
anggaran, dan dananya akan dialihkan untuk biaya pendidikan, dan kesehatan,
namun kita tetap belum bisa merasakan yang namanya kesehatan.
Ibu
teringat saat engkau sakit, ibu membawa mu kerumah sakit yang katanya ada biaya
berobat gratis bagi orang miskin, kamu tahu anak ku setelah berjam- jam kita
menunggu namun tidak ada sentuhan dibalik pelayanan yang ibu inginkan agar
engkau segera diperiksa, dan ibu semakin gelisah karena tidak adanya kepedulian
bagi engkau anak ku, hanya orang- orang berduit yang biasa disebut kaum borjuis
saja yang mendapatkan sentuhan pelayanan, namun kamu tetap merengek, karena ibu
tidak tahan akhirnya ibu memberanikan diri untuk memaki sang perawat, agar kamu
segera ditangani, setelah itu baru engkau dibawa keruangan untuk diperiksa
serta diberi obat, baru setelah itu ibu lega.
Oya,
anak ku ibu berpesan kepada mu jika nanti kamu menjadi orang penting dinegara
ini, ibu berharap kamu bisa menjadi orang penting yang jujur, tidak menilap
duit rakyat sehingga menyengsarakan orang- orang miskin seperti yang kita
rasakan saat ini, dan jika engkau tumbuh dewasa serta menjadi orang penting
dinegeri ini kamu tidak memperhatikan ibu secara penuh tak apa, walau mata ibu
dipenuhi kotoran tahi mata, tubuh ibu berdaki karena sulitnya mendapat
air bersih dinegeri yang katanya kaya ini, ibu yakin satu saat
nanti air bersih semakin sulit didapat anak ku, karena sudah masuk dalam
privatisasi para kalangan Kapitalis yang dilegalkan oleh Negara, namun ibu
hanya berharap ketulusan mu untuk tidak menjarah duit rakyat dengan
intelektualitas mu, walau perhatian mu terhadap ibu tidak ada, dan satu pesan
ibu jadilah engkau anak ku yang jujur, setia memperjuangkan hak- hak rakyat,
serta menghancurkan para pecundang Negeri, agar mereka tidak lagi terbahak-
bahak atas keserakahan mereka, yang ingin menguasai hak- hak rakyat jelata.
Hanya itu pesan ibu saat ini, dan ibu menunggu mu tumbuh dewasa, dibalik
kecukupan Gizi yang belum mampu ibu penuhi.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !