BAB I
PENDAHULUAN
Tafsir era kebangkitan islam membahas spesifik tantang ilmu
pengetahuan.Para ulama berpendapat disamping ilmu agama Al Qur’an juga berisi
keterangan tentang ilmu – ilmu duniawi dengan segala macam jenis dan
coraknya.Sebagai akibatnya mereka mencari istilah – istilah keilmuan dari dalam
pernyataan – pernyatan Al Qur’an,Berusaha mengungkap semua ilmu kealaman dari dalam nash – nash Al Qur’an.
Mereka menegaskan bahwa semua ilmu
yang kita dapati sekarang hingga kiamat kelak telah diungkapkan dalam Al
Qur’an.Maka dari sini akan diuraikan tentang tafsir era kebangkitan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Tafsir Era Kebangkitan Islam
Generasi
ini muncul pada zaman kemunduran islam yaitu jatuhnya Baghdad pada tahun 656 H sampai
timbulnya gerakan kebangkitan Islam pada tahun 1286 H.
Usaha
keras yang dilakukan oleh ulama ini
dalam menafsirkan ayat Al Qur’an telah menghasilkan kitab tafsir yang cukup
lengkap,banyak dan lebar.Keadaan tersebut membuat membuat orang merasa puas dengan tafsir yang
sudah ada.Akibatnya,tidak banyak ulama yang menafsirkan sendiri.produksi kitab
baru tafsir pada zaman ini tidak banyak seperti zaman
sebelumnya.Akan tetapi syarah,ulasan atau komentar terhadap
penafsiran atau pemikiran ulama –
ulama yang sebelumnya(mutaqaddimin) tampak lebih menonjol.
B.Prinsip –Prinsip Tafsir
Era kebangkitan Islam
Dalam proses
penafsiran ayat – ayat Al Qur’an para mufassir zaman ini banyak mengambil
sumber tafsir mutaqaddimin yang disesuaikan dengan perkembangan pada zaman
itu,disamping bersumber pada Al Qur’an dan
riwayat ,baik dari nabi, sahabat, tabian, maupun tabi’inat – tabi’in dan
kaidah - kaidah bahasa arab maupun
cerita israiliyat dari ahli kitab.Oleh karena itu,dalam menafsirkan Al qur’an
mereka menyandarkan penafsirannya pada
pada riwayat dan pendapat mufassir terdahulu,lalu disesuaikan dengan tuntutan zaman.
Berdasarkan
landasan yang dijadikan pegangan dalam menafsirkan ayat – ayat Al Qur’an dan perkembangan
ilmu pengetahuan ,yang menjadi sumber tafsir pada masa ini adalah[1]
1.
Al Qur’an
2.
Hadis – hadis nabi
3.
Tafsiran sahabat, tabi’in,dan tabi’inat – tabi’in
4.
Kaidah bahasa Arab dan
segala cabangnya
5.
Ilmu pengetahuan yang berkembang
6.
Kekuatan ijtihad atau istinbath mufasir
7.
Pendapat para mufasir terdahulu
Pada tafsir ini
memberikan penjelasan yang luas soal
yang belum dibahas oleh mufassir sebelumnya dan meringkas penjelasan yang sudah
banyak dibahas oleh mufassir sebelumnya yaitu mengenai lafadz,i’rab dan balghah.Mereka berpegang
kepada tata bahasa Arab ,mempergunakan
ijtihad.Mereka mencari persesuain antaraAl Qur’an dan ilmu pengetahuan modern.
Bentuk tafsir
pada aliran ini adalah izdiwaj yaitu
perpaduan antara bentuk ma’tsur(riwayah) dan ra’yu(dirayah) yang menurut
istilah Sayid rasyid Ridla “Shahih al Manqul wa sarih al Ma’qul,memadukan
antara warisan asar(pemikiran – oemikiran,ide – ide,peradaban dan budaya).Dari
segi tafsirannya menggunakan metode tafsir tahlili,muqarin.[2]
Dalam sistematika
penafsiran pada zaman ini tampak lebih baik dari sebelumnya,yaitu memiliki pola
penafsiran yang terdiri aras beberapa
uraian dan masing – masing terpisah dari yang lainnya,dengan memberi judul dan
sub judul,tetapi masih diurutkan sesuai
urutan ayat – ayat dalam mushaf.yaitu dengan menafsirkan Al Qur’an dari
awal surat Al Fatihah sampai akhir surat An Naas secara berurutan.Ruang lingkup
penafsirannya lebih mengacu pada spesilisasi ilmu seperti sejarah,fiqih,dan
lain – lain.
C.Kitab – Kitab Tafsir dan Pengarangnya
Kitab tafsir dan pengarangnya pada zaman ini adalah[3]
1.
Tafsir Al Khanzin(Anwar al Tanzil wa Asrar al Ta’wil) karangan Al
Khanzin dalam bidang sejarah
2.
Al Jami’ li Ahkamil Qur’an(tafsir Qurtubi) karangan Al Qurthubi
dalam bidang fiqih
3.
Tafsir Al Qur’anul Adzim karangan Ibnu Kasir yang populer denan
Tafsir Ibnu Kasir
4.
Ad Dur al Mansur fit Tafsir bil Ma’sur karangan as Suyuti.
5.
Tafsir Anwar al Tanzil wa Asrar al Ta’wil(Tafsir Baidawi) karangan
Al Baidawi
6.
Fakhrud Din Ar Razi pengarang Tafsir Mafatihul Gaib(at tafsir Al
Kabir)
7.
Imam Ibrahim Bin Umar al Biqa’i pengarang tafsir Nazmud Durar fi Tanasubi Ayat wa Suwar
8.
Imam Al Alusi pengarang tafsir Ruhul Ma’ani.
9.
Fathul Qadir karangan As Syaukany
10.
Fathul Bayan karangan Siddiq Hasan Khan
11.
Ruhul Bayan karangan Al Alamah Ismail Haqqy
12.
At Tafsir Munir(Marah Labid) karangan Al Alamah Muhammad Nawawy Al
Jawy
D. Contoh Penafsiran
Contoh ini di
kutip As Suyuti dari mufassir lama yaitu
dari Abu Fadhal Marasi bahwa ilmu ukur/geometri disebut dalam Al qur’an dalam
surat al Mursalah ayat 30
(#þqà)Î=sÜR$#
4n<Î) 9e@Ïß
Ï
Ï]»n=rO
5=yèä© ÇÌÉÈ
Artinya:Pergilah kamu mendapatkan naungan yang mempunyai tiga
cabang.
Al Marasi mengatakan bahwa sesuai
dengan hukum yang berlaku dalam geometri bahwa bentuk segitiga tidak
memiliki bayangan karena itu tidak dapat dijadikan tempat bernaung. Yang dimaksud dengan naungan di sini bukanlah
naungan untuk berteduh akan tetapi asap api neraka yang mempunyai tiga gejolak,
Yaitu di kanan, di kiri dan di atas. ini berarti bahwa azab itu mengepung
orang-orang kafir dari segala penjuru.
Contoh kedua bahwa Al jabar
dan ilmu hitung ditemukan dari huruf – huruf lepas pada permulaan beberapa
surat dalam Al Qur’an karena huruf – huruf tersebut mengandung keterangan
tentang kurun waktu,tahun – tahun dan hari – hari terjadinya peristiwa sejarah
bangsa – bangsa terdahulu dan keterangan kelangsungan hidup nabi Muhammad.Disamping itu huruf –
huruf lepas itu mengandung keterangan tentng berapa umur dunia.[4]
Contoh penafsiran lain dalam surat Al Baqarah ayat 67:
øÎ)ur
tA$s%
4ÓyqãB
ÿ¾ÏmÏBöqs)Ï9
¨bÎ)
©!$#
ôMä.âßDù't
br&
(#qçtr2õs?
Zots)t/
(
Artinta:. dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada
kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi
betina."
Menurut mereka
keajaiban – kejaiban yang terkandung dalam ayat – ayat diatas
diantaranya adalah ilmu untuk memanggil atau mendatangkakan ruh.[5]
BAB III
KESIMPULAN
Dalam proses
penafsiran ayat – ayat Al Qur’an para mufassir zaman ini banyak mengambil sumber
tafsir mutaqaddimin yang disesuaikan dengan perkembangan pada zaman
itu,disamping bersumber pada Al Qur’an
dan riwayat ,baik dari nabi, sahabat, tabian, maupun tabi’inat – tabi’in dan
kaidah - kaidah bahasa arab maupun
cerita israiliyat dari ahli kitab.Oleh karena itu,dalam menafsirkan Al qur’an
mereka menyandarkan penafsirannya pada
pada riwayat dan pendapat mufassir terdahulu,lalu disesuaikan dengan tuntutan zaman.
Tafsir pada masa
ini lebih mengacu pada spesialis ilmu misalnya ilmu sejarah,fiqh,matemaika dan
ilmu – ilmu lain yang digali dari sumber Al Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Ignaz goldziher.Mazhab Tafsir dari Klasik Hingga Modern,Cet
V.Yogyakarta:Elsaq Press,2010
Muhammad Husein Adz Dzahabi.Penyimpangan – Penyimpangan Dalam tafsir
Al Qur’an.Jakarta: Raja grafindo Persada,1996
Nasruddin Baidan.Perkembangan Tafsir Al Qur’an di
Indonesia.(Solo:Tiga Serangkai,2003)
Hasbi Ash Shidiq.Sejarah dan
Pengantar Ilmu Al Qur’an Tafsir.(Jakarta:Bulan Bintang,1974)
[1] .Nasruddin Baidan.Perkembangan Tafsir Al Qur’an di
Indonesia.(Solo:Tiga Serangkai,2003)hal.18
[2] .ibid,hal.19
[3] . Hasbi Ash Shidiq.Sejarah dan
Pengantar Ilmu Al Qur’an Tafsir.(Jakarta:Bulan Bintang,1974)hal.223
[4] .Muhammad Husein Adz Dzahabi.Penyimpangan – Penyimpangan Dalam tafsir
Al Qur’an.(Jakarta: Raja grafindo Persada,1996)hal114
[5] .ibid,hal.118
Pola susunan Al Qur’an merupakan sebuah tanda yang perlu kita pikirkan karena tidaklah mungkin susunan Al Qur’an tersebut dibuat oleh manusia karena sejak zaman purba hingga saat Al Qur’an tersebut disusun, belum pernah ada satu kitab atau tulisan sekalipun yang memiliki pola seperti Al Qur’an pada perkembangan kebudayaan manusia dimanapun di muka bumi ini.
ReplyDeletePola susunan Al Qur’an ini pastilah merupakan pesanan dari Sang Pembuat Hukum, Allah, Tuhan Semesta Alam.
Al Qur’an memiliki pola susunan yang terputus – putus dan berulang – ulang merupakan sebuah tanda yang harus diperhatikan sebagaimana kita diwajibkan untuk memperhatikan Al Qur’an tersebut.
Pola susunan Al Qur’an ini merupakan sebuah rekaman pola gerak dalam ritual ibadah Thawaf, yaitu ibadah mengelilingi bangunan Ka’bah. Sebuah ritual berkeliling Ka’bah yang di mulai dari Hajar Aswad, Multazam, Pintu, Hijir Ismail , Rukun Irak, Rukun Yaman dan kembali ke titik mula perjalanan yaitu Hajar Aswad dan ini diulang sebanyak 7 kali sebagaimana Allah menyatakan bahwa Al qur’an merupakan 7 ayat yang diulang – ulang.
Pola gerak melingkar ini bila kita runtut dan kita ucapkan dengan kata – kata merupakan sebuah gerak yang terputus – putus karena bagian Ka’bah yang kita lewati dalam satu lingkaran Thawaf adalah bagian yang berbeda – beda dan gerakan inipun berulang – ulang sebanyak 7 kali.
Dalam melaksanakan ritual Thawaf tadi, kita menjadikan Ka’bah sebagai pusat gerakan kita. Dimana Ka’bah merupakan sebuah bangunan yang membentuk sebuah ruang di dalamnya yang dapat kita ambil maknanya.
Ka’bah merupakan arah qiblat kita , arah sujud kita yang mencerminkan kepatuhan, ketundukan yang dalam atas segala ketetapan / takdir Allah dan Ka’bah adalah sebuah ruang.
silahkan baca : Manhaj Al Bait Al Atiq