Berita Terbaru :
 photo Graphic1-31_zpsc1f49be2.jpg
Home » » Macam-macam Kitab Hadist

Macam-macam Kitab Hadist


  I.       Pendahuluan
Kegiatan kodifikasi hadis mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-tiga hijriyah. Masa ini merupakan masa kegemilangan Islam, karena pada masa ini muncul ulama-ulama besar di bidang hadis. Kajian mereka terhadap hadis tidak hanya dari segi lafal atau matan saja, bahkan penelitian terhadap keadaan para perawi hadis juga dilakukan oleh mereka untuk menentukan sahih tidaknya sebuah hadis.
Salah satu hal yang membedakan antara penghimpunan hadis pada masa ini dengan masa sebelumnya adalah bahwa para ulama abad ini sangat memperhatikan kualitas hadis ditinjau dari berbagai seginya, seperti kualitas dan jumlah perawinya serta ketersambungan sanadnya dengan tidak mengabaikan sistematika dan metodologi dalam penyusunan kitab-kitabnya. Dari situlah lahir kitab-kitab hadis yang oleh para ulama dinilai sebagai kitab standar yang dikenal dengan istilah al-Kutub as-Sittah yang darinya lahir berbagai kitab-kitab syarahnya.[1]
II.       Pembahasan
A.    Pengertian
Kitab hadits adalah kitab yang berisi sumber pokok hukum-hukum islam yang kedua setelah Alqur’an yang ditulis oleh ulama-ulama besar terdahulu untuk selanjutnya menjadi khasanah yang tidak ternilai harganya bagi umat islam.
B.     Urgensi Mempelajarinya
Bagi setiap muslim mutlak hukumnya untuk mempelajari dan memperdalam landasan hidup mereka yaitu Alqur’an dan Hadis. Dalam hal ini khususnya mempelajari hadis, yang menjadi asas berbagai hukum akidah dan amaliah, baik yang diperintahkan maupun yang dilarang. Adapun orang yang berdalih cukup dengan melihat dengan Alqur’an saja karena sudah mutawatir, tetapi bagi mereka yang berdalih dengan hadis masih memerlukan dua kali penelitian:
1.      Meneliti validitas (keabsahan hadis) hadis tersebut, apakah benar dari Rasulullah atau tidak.
2.      Meneliti indikasi hukum yang ditunjukkan oleh hadis tersebut.
Dengan mempelajari, mengadakan pengkajian kitab hadis akan mendapatkan faedah, diantaranya:
1.      Dapat mengetahui sanad hadis, tingkatannya(sahih, hasan atau dhoif)
2.      Dapat mengetahui perawi hadis, pengarang kitab-kitab hadis terkenal.
3.      Dapat mengetahui gambaran kitab-kitab hadis karya ulama-ulama terdahulu.
C.    Macam-macam Kitab Hadist
1.      Kitab-kitab Hadis yang Ditulis Berdasarkan Bab
Kitab hadis yang mengikuti metode penyusunan berdasarkan bab atau tema tertentu berjumlah cukup banyak. Bahkan dapat dikatakan metode  ini merupakan metode yang paling dikenal di kalangan umat islam. Kitab-kitab yang termasuk jenis kitab ini pun sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penelusuran dan penelaahan terhadap hadis melalui kitab-kitab yang mengikuti metode ini sangat mudah karena susunanya yang sistematis dan isinya juga dapat dikatakan komprehensif, diantara kelompok kitab yang termasuk dalam jenis ini adalah al-Jawami’, al-Musannaf, al-Mustadrak, dan al-Mustakhraj, yang mana masing-masing dari kelompok kitab ini mempunyai  ciri khas dan keistimewaan tersendiri.[2]
a.      Kelompok Jami’
Sesuai dengan namanya kitab jami’ berisikan hadis tentang tema-tema pokok keagamaan. Paling tidak mencakup delapan bab utama mengenai akidah, hukum perilaku para tokoh agama, adab, tafsir, fitan, tanda-tanda kiamat dan manaqib.[3] Penelusuran hadis melalui kitab-kitab jami’ relatif mudah, oleh karena sistematika isinya yang konkrit. Semua hadis yang berkaitan dengan soal-soal tertentu dimasukkan dalam satu tema. Tema tersebut biasanya dinamakan sebagai nama atau judul kitab.[4]
Shahih al-Bukhari
Nama pengarangnya adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al-Jufi al-Bukhari. Beliau lahir pada tahun 194 H dan wafat tahun 256 H pada usia 62 tahun. Kitab ini merupakan kitab hadis pertama yang menghimpun hadis-hadis shahih. Kitab yang diselesaikan selama 16 tahun ini berisi hadis-hadis tentang masail fiqhiyah, al-fadhail, berita-berita masa lampau dan masa mendatang, dan lain-lain.karena mencakup berbagai persoalan maka dinamakan al-jami’. Hadis-hadis yang termuat di dalamnya memiliki sanad yang sampai kepada rasulullah.[5]
Shahih Muslim
Nama lengkap pengarangnya adalah Abu al-Husein Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Kusyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Beliau kahir tahun 204 H dan wafat tahun 261 H dalam usia 55 tahun. Kitab ini diawali dengan Muqaddimah yang berkaitan dengan kajian ilmu ushul al-hadits. Cara yang digunakan Imam Muslim adalah menghimpun matan-matan hadis yang senada (satu tema) lengkap dengan sanad-sanadnya pada satu tempat, tidak memisah-misahkanya dalam berbagai bab yang berbeda, serta tidak mengulang-ulang penyebutan hadis kecuali dalam beberapa hadis yang bertujuan untuk menegaskan suatu sanad dan matan.

b.      Kelompok Sunan
Kitab sunan adalah kitab-kitab yang menghimpun hadis-hadis hukum yang marfu’ dan disusun berdasarkan bab-bab fiqh.[6]Kitab-kitab yang termasuk kelompok ini juga sangat mudah ditelaah karena bentuknya yang sistematis. Banyak komentator yang menganggap kitab-kitab jenis ini sebagai kompilasi hukum, karena mengutip hadis-hadis yang tersusun dalam tema-tema hukum itu. Yang termasuk jenis kitab ini diantaranya:
Sunan Abu Dawud                Sunan al-Darimi
Sunan Al-Tirmidzi                 Sunan al-Saghir al-Baihaqi
Sunan An-Nasa’i                   Sunan Ibnu Majah

c.       Kelompok Musannafat
Kitab Musannaf adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan bab-bab fiqh akan tetapi mencakup hadis mauquf, maqtu’, yang disatukan dengan hadis-hadis marfu’. Kitab jenis ini tidak terlalu dikenal di kalangan masyarakat Islam dan jumlahnya pun relatif sedikit. Kitab-kitab tersebut pada umumnya ditulis pada masa-masa awal kodifikasi hadis, seperti Musannaf Abd al-Razzaq Ibn Hamam al-San’ani (w.211 H), dan Musannaf Abu Bakr Ibn Abi Syaibah (w.235 H). Meskipun jumlahnya sedikit, namun tetap layak diperbincangkan dalam kapasitasnya sebagai khazanah intelektual umat islam.[7]
d.      Kelompok Mustadrak
Kitab Mustadrak adalah kitab hadis yang disusun untuk mengakomodir hadis-hadis tertentu yang tidak dimuat dalam kitab-kitab hadis sebelumnya, atau diabaikan karena dianggap rendah kualitasnya. Selanjutnya oleh penulis dicarikan jajaran sanad lainnya sehingga hadis-hadis tersebut dapat disandingkan dengan hadis-hadis sahih yang telah ada.
Salah satu kitab Mustadrak yang terkenal adalah Al-Mustadrak ‘Ala al-Shahihain karya al-Hakim. Kitab ini menyaring hadis-hadis tetentu yang tidak dimuat dalam dua kitab shahih (Bukhari-Muslim), kemudian meneliti sanad-danadnya dari jalur lain.[8]
e.       Kelompok Mustakhrajat
Yang termasuk kelompok ini adalah kitab-kitab yang mengambil hadis dari salah satu kitab yang telah ada lalu dikaji sanadnya secara tersendiri selain sanad-sanad yang terdapat dalam kitab terdahulu. Biasanya kitab Mustakhrajat disusun untuk melihat sejauh mana kualitas hadis yang terdapat dalam kitab-kitab tertentu. Selanjutnya oleh pengarang dicarikan jajaran sanadnya dengan menggnakan metode takhrij sehingga melahirkan karya tersendiri yang tidak kalah keorisinilnya.[9]
Diantara kitab Mustakhrajat yang terkenal adalah Mustakhrajat Abi Nu’aim al-Asbahani, yang mentakhrij hadis-hadis yang terdapat dalam jami’ al-Shahih karya Imam Bukhari. Kitab Mustakhraj Ahmad Ibn Hamdan al-Naisaburi, yang mengkaji hadis-hadis dalam al-jami’ al-Shahih karya Imam Muslim.
2.      Kitab-kitab Hadis yang Disusun Berdasarkan Nama Sahabat
Kitab-kitab hadis yang ditulis berdasarkan nama sahabat mempunyai arti penting dalam pengkajian hadis. Teknis penulisan seperti ini akan sangat membantu dalam mengetahui jumlah dan jenis hadis yang diriwayatkan oleh para sahabat serta mempermudah pengecekkanya.
Musnad
adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan urutan nama sahabat yang lebih dulu masuk islam, atau dapat juga dengan mempertimbangkan keluhuran nasabnya. Diantara kitab musnad yang paling terkenal adalah Musnad Ahmad Ibn Hanbal, buah karya seorang ahli hadis dan fiqh kenamaan abad ke dua hiriyah dan pendiri mahdzab Hanbali.[10]
Atraf
Hadis-hadis yang terdapat di dalam kitab atraf tidak ditulis secara lengkap. Sesuai dengan namanya atraf (bagian, potongan), maka di dalamnya hanya terdapat potongan-potongan hadis tertentu yang biasanya disusun secara alfabetis. Kegunaanya untuk mempermudah dalam mengetahui sanad-sanad hadis oleh karena sanad-sanad tersebut terkumpul pada satu tempat. Diantara kitab Atraf yang terkenal adalah Tuhfat al Asyraf  bi Ma’rifah al-Atraf  karya Abu al-Hajjaj Yusuf  ibn Abdurrahman al-Mizzi (w.742 H).
3.      Kitab-kitab Mu’jam
Kitab Mu’jam dalam teminologi muhadissin adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan urutan guru-guru penulisnya, atau berdasarkan nama daerah asal para guru tersebut. Diantara kegunaan kitab ini yang terpenting adalah untuk mengecek seberapa banyak hadis yang diterima periwayat dari guru-guru tetentu. Dengan kitab ini juga dapat diketahui sejauh mana validitas hadis-hadis yang diriwayatkan dari mereka. Imam Tabrani merupakan seorang tokoh ternama yang telah melahirkan sejumlah karya kitab mu’jam. Tiga kitabnya yang terkenal ialah al-Mu’jam al-Kabir, al-Mu’jan al-Awsat, al-Mu’jam al-Saghir.[11]
4.      Kitab-kitab Hadis yang Disusun Berdasarkan Urutan Awal Hadis
Kitab-kitab yang mengikuti metode penyusunan berdasarkan urutan awal hadis biasanya disusun secara alfabetis atau berdasarkan huruf hijaiyah. Metode seperti ini tentu saja sangat mengutamakan matan (redaksi) hadis semata dan mengabaikan banyak aspek, seperti periwayatan sanad, periwayat dan lain-lain. Seperti kitab Jami’ al Saghir dan Jami’ al Kabir karya Jalaluddin ash-Suyuthi
5.      Kitab-kitab Himpunan Hadis
Adalah sejumlah kitab hadis yang menghimpun hadis-hadis dari berbagai sumber primernya. Hadis-hadis yang terdapat dalam bermacam-macam sumber itu disusun secara sistematis dan dipadukan antara satu sama lain. Diantaranya Jami’ al-Usul min Ahadis al-Rasul karya Ibn al-Asir Muhammad al-Jazari (w.606 H), Kanz al-‘Ummal fi Sunan al-Aqwal wa al-Af’al karya Alauddin al-Muttaqi ibn Hisyam al-Hindi (w.975 H).
 III.        Simpulan
Tidak dapat disangkal lagi bahwa umat islam sejak masa awal telah memberikan perhatian yang cukup besar tergadap hadis-hadis Nabi SAW. Perhatian yang mereka berikan terutama ditujukan pada upaya menyelamatkan keberadaan hadis serta mendudukkanya pada proporsi yang layak sebagai sumber norma Islam. Umat Islam sepanjang sejarah melakukan berbagai usaha untuk maksud tersebut sehinggga melahirkan berbagai karya tulis tentang hadis Nabi dengan aneka corak dan metodologinya. Setiap metodologi memiliki keunggulan masing-masing dan tentu saja kelemahannya.



[1] Alfatih Suryadilaga, dkk, Ulumul Hadis, (Yogyakarta: TERAS, 2010), h.203.
[2] Ibid, h. 292.
[3]Nur al-Din ‘Itr, Ulum al-Hadits jild 2, terj Soetari dan Mujiyo, (Bandung: Rosdakarya, 1995), h. 182.
[4] Op. Cit, h. 293.
[5] Dosen Tafsir Hadis Fak. Ushuluddin IAIN Sunan Kalijogo, Studi kitab Hadis,cet.II (Yogyakarta: TERAS, 2009), h. 43-49.
[6] Nur al-Din ‘Itr, Ulum al-Hadits jild 2, terj Soetari dan Mujiyo, (Bandung: Rosdakarya, 1995), h. 182.
[7] Alfatih Suryadilaga, dkk, Ulumul Hadis, (Yogyakarta: TERAS, 2010), h. 295.
[8] Ibid, h. 295.
[9] Ibid, h. 296.
[10]Loc. Cit, h. 184
[11] Alfatih Suryadilaga, dkk, Ulumul Hadis, (Yogyakarta: TERAS, 2010), h. 299.
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Next Prev home
 
Support : Creating Website | Mas Imam
Copyright © 2009. GREEN GENERATION - All Rights Reserved