BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu cabang Ulum al-Hadits, Rijal al-Hadits merupakan Ilmu yang secara spesifik mengupas keberadaan rijal hadits. Ilmu Rijal al-Hadits memiliki dua anak cabang, yaitu Ilmu Tarikh ar-Ruwah atau Ilmu Tarikh ar-Rijal yang didefinisikan sebagai Ilmu yang membahas keadaan para rawi dari segi aktifitas mereka dalam meriwayatkan hadits. Dan Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil, yaitu Ilmu yang membahas keadaan para rawi dari segi diterima atau tidaknya periwayatan mereka.[1]
Dengan demikian, Ilmu Rijal al-Hadits pada dasarnya memiliki dua pokok pembahasan yaitu, biografi atau sejarah para rawi dan mengkaji rawi dari segi justifikasi/penilaian kualitas rawi. Makalah ini sedikit mengupas tengang kitab Tahdzib at-Tahdzib karya Al ‘Asqalani dalam bidang Ilmu Rijal al-Hadits yang cukup dikenal dalam khazanah kajian rijal hadits.[2]
BAB II
PEMBAHASAN
Kitab Tahdzib at-Tahdzib[3]
A. Biografi
Namanya adalah Syihab ad-Din Abi al-Fadl Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-’Asqalani [selanjutnya disebut Ibn Hajar], lahir di Mesir 12 Sya’ban 773 H dan wafat tahun 852 H. Sejak kecil Ibn Hajar telah piatu dan diasuh oleh ayahnya yang juga merupakan ahli fiqih, bahasa dan qira’ah. Selain itu Ibn Hajar juga telah mampu menghafal al-Qur’an dengan sempurna sejak umur 9 tahun.
Ibn Hajar tergolong ulama yang cukup produktif menghasilkan karya-karya dalam khzanah keislaman. Diantaranya adalah Fath al-Bari sebuah karya yang mencoba memberikan syarh terhadap kitab kumpulan hadits karya Imam Bukhori. Selain itu Ibn Hajar juga cukup concern dalam kajian Rijal al-Hadits. Diantara kitab-kitabnya adalah al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah, Tahdzib at-Tahdzib, Taqrib at-Tahdzib dan Lisan al-Mizan dll.
B. Tentang Kitab Tahdzib Al-Tahdzib
Tahdzib al-Tahdzib merupakan karya Ibn Hajar yang berupaya meringkas dan menyempurnakan kitab Tahdzib al-Kamal karya al-Mizzi yang oleh Ibn Hajar dianggap terlalu panjang.
Kemudian Ibn Hajar juga mengkritik kitab Tahdzib at-Tahdzib karya az-Dzahabi dan juga Kitab al-Kasyif yang memberikan pembahasan yang cukup panjang namun tidak memperhatikan ke-tsiqahan dan kritik jarh didalamnya, padahal kedua hal tersebut paling tidak menjadi tolok ukur utama. Selain itu juga terdapat beberapa nama yang keberadaan gurunya tidak diketahui dan tidak ada ada penjelasan lebih lanjut.
C. Metode dan Sistematika
Berikutnya, Al Hafidz Ibnu Hajar melakukan resume kitab “Tahdzib Al-Kamal’ karangan Al-Mizzy dalam sebuah kitab yang berjudul “Tahdzib At-Tahdzib’. Garis besar sistematika ringkasannya sebagai berikut :
1. Ia batasi menulis sesuatu yang berkaitan dengan al-jarh wat-ta’dil.
2. Ia tidak tulis terlalu panjang hadis – hadis yang ditakhrij oleh Al Dzahaby dari riwayat – riwayatnya yang tinggi.
3. Ia tidak masukkan guru – guru dan murid yang biografinya di tulis yang sudah disederhanakan oleh al-Mizzy, dan Ia batasi pada yang paling terkenal, paling kuat hafalan, dan yang dikenal sebagian mereka jika rawi itu sering disebut.
4. Biasanya, ia tidak buang sedikitpun biografi yang singkat.
5. Guru dan murid rawi yang biografinya ditulis tidak disusun dari segi usia, hafalan, isnad, kerabat dan lain sebagainya.
6. Ia buang komentar terlalu banyak di sela sebagaian biografi, karena hal itu membuktikan tidak tautsiq dan tajrih.
7. Pada biografi itu ditambahkan pandapatnya pendapat para tokoh yang menguatkan tajrih dan tautsiq dari luar kitab itu.
8. Pada sebagian tempat didatangkannya sebagian perkataan asal dengan arti tanpa merusak maksudnya. Terkadang ditambahkannya sebagian lafadz yang mudah demi kemaslahatan.
9. Ia tidak cantumkan banyak penyelisihan tentang wafatnya tokoh – tokoh kecuali pada tempat yang mengandung kemaslahatan tidak dibuang.
10. Tidak dibuanya seorang pun biografi tokoh – tokoh hadis yang terdapat “Tazhdzib al-Kamaal”.
11. Ia tambahkan sebagian biografi yang diberikannya tambahan pada aslinya dengan jalan menulis nama rawi itu, nama ayahnya dengan tulisan tinta berwarna merah.
12. Di sela sebagian biografi ia tambahkan perkataan yang tidak ada pada aslinya tetapi dimunculkannya dengan mengatakan قلت aku berkata : hendaknya pembaca sadar bahwa seluruh kata setelah ‘Qultu’ merupakan tambahan Ibnu Hajar hingga akhir biografi.
13. Ia konsisten pada rumus – rumus yang disebutkan oleh al-Mizzy. Tetapi tiga hal dari rumus – rumus itu dibuangnya.
Yaitu (مق – سي - ص) Ia juga konsisten menghadiri biografi – biografi pada kitab itu berdasarkan urutan aslinya seperti pada “Tahdzib’ al-Mizzy.
14. Ia tidak cantumkan tiga pasal yang disebut al-Mizzy pada awal kitabnya. Hal itu yang berkaitan dengan syarat – syarat para tokoh hadis yang enam, menganjurkan meriwayatkan dari para rawi tsiqot dan biografi Nabi atau siroh Nabi.
15. Ia lengkapi sebagaian tambahan yang dikutipnya dari kitab “Tahdzib At-Tahdzib’ oleh Adz-Dzahaby, dan kitab ‘Ikmal Tahdzib al-Kamaal’ oelh ‘Alauddin al-Mughlathay.[4]
Kitab tahdzib at-Tahdzib ini dimulai dengan abjad hamzah dengan perawi bernama Ahmad dan dengan huruf mim yang namanya Muhammad. Jika perawi memiliki nama kunyah atau nama aslinya telah dikenal atau tidak diperdebatkan maka akan dicantumkan dalam kelompok nama asli dan ditulis lagi dalam kelompok kunyah. Sedangkan jika nama aslinya tidak diketahui atau masih diperdebatkan maka dimasukkan dalam kelompok nama kunyah dan ditulis ulang dalam kelompok nama asli.[5]
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !