Berita Terbaru :
 photo Graphic1-31_zpsc1f49be2.jpg
Home » » Pernikahan Adat Jawa

Pernikahan Adat Jawa


A. PENDAHULUAN
Secara kodrati, manusia diciptakan berpasang-pasangan (Q.S. Ar-Ruum : 21) dengan harapan mampu hidup berdampingan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Dari sini tampak bahwa sampai kapan pun, manusia tidak mampu hidup seorang diri, tanpa bantuan dan kehadiran orang lain. Salah satu cara yang dipakai untuk melambangkan bersatunya dua insan yang berlainan jenis dan sah menurut agama dan hukum adalah pernikahan. Masing-masing daerah mempunyai tata upacara pernikahannya sendiri-sendiri.
Di bumi Indonesia yang kaya akan ragam budaya, adat istiadat yang dimiliki beragam pula. Termasuk di dalamnya prosesi pernikahan. Adat Jawa misalnya. Kebanyakan orang hanya mengenal proses ijab qobul dan lamaran, pernikahan. Padahal ada beberapa proses lain yang tak kalah pentingnya. Walau terkesan njelimet, tak ada salahnya kan jika kita mengenal lebih jauh prosesi upacara siraman pernikahan adat Jawa.
Jadi sebelum proses pernikahan, kebiasaan yang telah terjadi pada  adat Jawa adalah memulainya dengan upacara Siraman yang biasa dilakukan sebagi proses pembersihan jiwa dan raga yang dilakukan sehari sebelum ijab kabul. Dalam bahasan ini, penulis akan mencoba mendeskripsikan tata upacara Siraman adat Jawa dengan sebaik mungkin insyaallah.
B. PEMBAHASAN
Upacara Siraman, Siraman dari kata dasar siram (Jawa) yang berarti mandi. Yang dimaksud dengan siraman adalah memandikan calon pengantin yang mengandung arti membersihkan diri agar menjadi suci dan murni. Siraman dilaksanakan untuk menyucikan diri dan juga membuang segala kejelekan Calon Pengantin yang ada, agar calon pengantin dapat memulai hidup baru dengan hati yang bersih dan suci. Siraman dilakukan oleh 9 orang sesepuh termasuk sang Ayah. Jumlah sembilan tersebut menurut budaya Keraton Surakarta untuk mengenang keluhuran Wali Sanga, yang bermakna manunggalnya Jawa dengan Islam. Selain itu angka sembilan juga bermakna ’babahan hawa sanga’ yang harus dikendalikan.
Siraman pertama kali dilakukan oleh Bapak calon pengantin dan diikuti oleh Ibu calon pengantin. Setelah Bapak Ibu selesai melakukan siraman baru ketujuh pini sepuh yang melakukan siraman. Untuk calon pengantin wanita, pini sepuh yang melakukan siraman haruslah berjenis kelamin wanita. Sedangkan untuk calon pengantin pria, pini sepuh yang melakukan siraman haruslah berjenis kelamin pria. Setelah pini sepuh selesai melakukan siraman. Bapak calon pengantin menuangkan air kendil dan memandu calon pengantin untuk melakukan wudhu. Setelah selesai, ibu pengantin menutup dengan menyiram air kendil. Dan kemudian kendil dijatuhkan sampai pecah sambil mengucap:
NIAT INGSUN ORA MECAH KENDI, NANGING MECAH PAMORE ANAKKU  <nama calon pengantin>
pemilihan waktu siraman, acara siraman ini sebaiknya diselenggarakan pukul 11.00 siang karena konon pada jam-jam tersebut para bidadari dari kayangan sedang turun ke sendang, yaitu tempat sumber air untuk mandi. agar sang pengantin secantik bidadari maka dianjurkan mandi bersamaan waktunya dengan para bidadari itu.
Adapun bahan-bahan untuk upacara siraman, seperti :
  • Kembang setaman secukupnya
  • Lima macam konyoh panca warna
  • (penggosok badan yang terbuat dari beras kencur yang dikasih pewarna)
  • Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya.
  • Kendi atau klenting
  • Tikar ukuran ½ meter persegi
  • Mori putih ½ meter persegi
  • Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap srep, alang-alang
  • Dlingo bengle
  • Lima macam bangun tulak (kain putih yang ditepinnya diwarnai biru)
  • Satu macam yuyu sekandang ( kain lurik tenun berwarna coklat ada garis-garis benang kuning)
  • Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih lorek hitam), 1 helai letrek (kain kuning), 1 helai jinggo (kain merah).[1]
  • Sampo dari londo merang (air dari merang yang dibakar di dalam jembangan dari tanah liat kemudian saat merangnya habis terbakar segera apinya disiram air, air ini dinamakan air londo)
  • Asem, santan kanil, 2meter persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1 helai kain grompol, 1 helai kain semen, 1 helai kain sidomukti atau kain sidoasih
  • Sabun dan handuk.
Saat akan melaksanakan siraman ada petuah-petuah dan nasihat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
·Tumpeng robyong
·Tumpeng gundul
·Nasi asrep-asrepan
·Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam jenang
·Empluk kecil (wadah dari tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan sedikit beras
·1 butir telor ayam mentah
·Juplak diisi minyak kelapa
·1 butir kelapa hijau tanpa sabut
·Gula jawa 1 tangkep
·1 ekor ayam jantan
Untuk menjaga kesehatan calon pengantin supaya tidak kedinginan maka ditetapkan tujuh orang yang memandikan, tujuh sama dengan pitu ( Jawa ) yang berarti pitulung (Jawa) yang berarti pertolongan. Upacara siraman ini diakhiri oleh juru rias (pemaes) dengan memecah kendi dari tanah liat.
Beberapa gambar











D. PENUTUP
Demikianlah sedikit pengertian tentang tata cara upacara siraman pernikahan adat Jawa yang sampai saat ini masih digunakan dalam pernikahan di Jawa. Jika diamati secara detail, prosesi pernikahan di Jawa terkesan njlimet atau rumit. Hal ini dikarenakan banyaknya perlambang yang dipakai di dalamnya. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, karena sampai saat ini masyarakat Jawa masih senang menggunakan simbol atau perlambang dalam kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA

HARIWIJAYA M.2005.Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa.Jogjakarta. Hanggar Kreator.








[1] HARIWIJAYA M.2005.Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa.Jogjakarta. Hanggar Kreator.

Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Next Prev home
 
Support : Creating Website | Mas Imam
Copyright © 2009. GREEN GENERATION - All Rights Reserved