BAB I
PENDAHULUAN
Yang di maksud dengan “Sejarah Hadis”, ialah periode – periode yang telah dilalui oleh hadis dari masa ke masa semenjak dari masa pertumbuhan sampai ke zaman kita sekarang ini.
Apabila kita perhatikan dari masa-masa yang telah dilalui hadist, perkembangan-perkembangan di tiap-tiap masa itu, keadaan-keadaan yang mengelilinginya dan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh ahli-ahli hadis di masa mereka masing-masing, maka periode-periode hadis dapat dibagi kepada beberapa periode.
Dalam ini penulis hadis, berbeda-beda pendapat. Ada yang membaginya kepada tiga periode saja dan ada yang membaginya kepada lima periode, bahkan ada pula yang membaginya kepada tujuh periode.
Disini pemakah akan mencoba membahas tentang periode hadis pada abad ke enam.
BAB II
PEMBAHASAN
Hadis Pada Periode keenam (dari awal abad IV H – 656 H) Ulama-ulama hadis yang muncul pada abad II dan III H digelari mutaqaddimin. Mereka mengumpulkan hadis dengan usaha dan pemeriksaan sendiri dengan menemui para penghafl hadis yang tersebar di seluruh pelosok negara Arab, Persia dan lain-lain. Sedangkan ulama-ulama hadis yang muncul pada abad IV H dan seterusnya diberi gelar Muta’akhkhirin. Kebanyakan hadis yang mereka kumpulkan adalah petikan atau nukilan dari kitab-kitab Mutaqddimin. Pada periode ini muncul kitab shahih yang tidak terdapat dalam kitab shahih abad III H diantaranya adalah ash Shahih susunan ibn Huzaimah, At taqsim wa al Anwa’ susunan ibn Hibban, Al Mustadrak susunan Al hakim, Ash Shahih susunan Abu Awanah, Al Muntaqa susunan ibn Jarud dan Al mukhtarah susunan Muhammad ibn Abd al wahid al Maqdisy.
Periode ini adalah masa memperbaiki susunan kitab – kitab hadits yang telah selesai penyusunannya pada abad ke-4.
Pada masa ini muncul berbagai macam kitab – kitab, antara lain :
1. Kitab – kitab yang mengumpulkan Shahih Al-Bukhory dan Muslim,
2. Kitab – kitab yang mengumpulkan isi kitab enam, Kitab – kitab Jami’ yang lengkap, Kitab–kitab hadits hukum,Kitab – kitab hadits Targhib dan Tarhib
3. Kitab – kitab yang menerangkan derajat – derajat hadits yang terdapat dalam berbagai tafsir, fiqh, yang dinamai takhrij.
4. Kitab – kitab yang membukukan hadits qudsi
5. Kitab Mustadrak, Kitab Mustakhraj, Kitab – kitab hadits adzkar, Kitab – kitab penunjuk hadits, Kitab athraf.
A. Usaha-usaha yang dilakukan oleh ulama hadis pada abad ini adalah:
1. Mengumpulkan hadis Bukhari/ Muslim dalam sebuah kitab.
2. Mengumpulkan hadis-hadis dalam kitab enam dengan urutan sebagai berikut:
a. Al Jami’ Al Shahih susunan Imam Bukhari
b. Al Jami’ Al Shahih susunan Imam Muslim
c. Al Sunan susunan Abu daud
d. Al Sunan susunan al Tirmidzi
e. Al Sunan susunan al Nasa’i
f. Al Sunan susunan ibn Majah.
3. Mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah Mashabih As Sunnah oleh Imam husain ibn Mas’ud al Baghawi (516H), Jami’ul Masanid wal Alqab oleh Abdurrahman ibn Ali al jauzy (597 H), Bahrul Asanid al Hafidh Al Hasan ibn Ahmad al Samarqandi (491H).
4. Mengumpulkan hadis-hadis hukum dan menyusun kitab-kitab Athraf.
Pada periode ini muncul usaha-usaha istikhraj dan istidrak. Istikhraj adalah mengambil suatu hadis dari Bukhari dan muslim misalnya, lalu meriwayatkan dengan sanad sendiri. Contoh kitabnya adalah Mustakhraj shahih Al Bukhari oleh hafidh al Jurjany, Mustakhraj shahih Muslim oleh Al hafidh Abu Awanah. Sedangkan istidrak yaitu mengumpulkan hadis-hadis yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim atau salah satunya yang kebetulan tidak diriwayatkan atau dishahihkan oleh Bukhari dan Muslim. Contohnya kitab Al mustadrak oleh Abu Dzar al Harawy.
Pada periode ini muncul usaha-usaha istikhraj dan istidrak. Istikhraj adalah mengambil suatu hadis dari Bukhari dan muslim misalnya, lalu meriwayatkan dengan sanad sendiri. Contoh kitabnya adalah Mustakhraj shahih Al Bukhari oleh hafidh al Jurjany, Mustakhraj shahih Muslim oleh Al hafidh Abu Awanah. Sedangkan istidrak yaitu mengumpulkan hadis-hadis yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim atau salah satunya yang kebetulan tidak diriwayatkan atau dishahihkan oleh Bukhari dan Muslim. Contohnya kitab Al mustadrak oleh Abu Dzar al Harawy.
B. Tokoh-Tokoh hadist pada period ke enam
1. Al-Hakim
AL-Hakim, ialah: Abu Abdullah an-Naisabury, yang terkenal dengan nama Ibnul Baiyyi’, pengarang al-Mustadrak.
Beliau mempunyai banyak karangan dalam ilmu hadis. Diantaranya, Al ‘Ilal wa Amali, Ma’rifatu Ulumil Hadis dan lain-lain. Al-Hakim mejabat pekerjaan Qodli di Naisabur pada tahun 359 H.
Al-Hakim wafat pada tahun 405 H. [1]
2. Ad-Daraquthny
Ad-Daraquthny, ialah: Ali ibn Umar ibn Ahmad ibn Maddy, seorang hafidh yang besar dan salah seorang dari amirul mukminin fil hadits.
Beliau banyak mendengar hadis, dan banyak mengarang kitab dalam bidang hadis. Beliau terkenal sebagai seorang imam di masanya dalam bidang jarah dan ta’di. Beliau mempunyai sebuah kitab shahih al- Bukhori dan shahih Muslim.
Ad-Daraquthny wafat pada tahun 385 H.
3. Ibnu Hibban
Ibnu Hibban, Ialah: Muhammad ibn Hibban ibn Ahmad Abu Hatim al-Bustiy at-Tamimy, seorang hafidh yang terkemuka.
Beliau banyak mendengar hadis dari ualam-ulama hadis diberbagai kota. Beliau terkenal sebagai pelawat dalam mencari hadis.
Al Hakim berkata: “Ibnu Hibban adalah salah satu dari wadah ahli hadis dan lughat, seorang fiqih yang besar”.
Kitanya ini disusun dengan tertib yang terdiri, yaitu tidak berdasar bab dan tidak berdasar musnad. Isi kitab ini di bagi 5 bagian, yaitu : Awamir, Nabawi, Akhbar, Ibadat dan Af’alun Nabi.
Ibnu Hibban wafat pada tahu 342 H.[2]
4. Ath-Thabarany
Ath-Thabarany, ialah: Abdul Qasim Sulaiman ibn Ahmad Ath Thabarany, seorang hafidh yang terkenal di abad keempat hijrah.
Beliau menyusun 3 buah mu’jam, yaitu : al-Kabir, as-Sbagir dan al-Ausath. Ath-Thabarany wafat pada tahun 360 H.[3]
5. Qosim ibn Ashbagh
Qosim ibn Ashbagh, ialah: Abu Muhammad Qasim ibn Ash-Bagh ibn Muhammad ibn Yusuf, dari penduduk Bayanah sebuah kota di Andalus, sejauh kira-kira 30 mil dari Kordova.
Beliau mempunyai sebuah kitab yang dinamakan ash-Shahib al-Muntaqa.
Qosim ibn Ashbagh wafat pada tahun 340 H.[4]
6. Ibnu Sakan
Ibnu Sakan, ialah: Abu Ali Sa’id ibn Utsman ibn Sa’id ibn Sakan al-Baghdady, seorang hafidh yang besar.
Beliau telah menyusun sebuah kitab yang dinamakan ash-Shahib al Mutaqa dan dinamakan juga as-Sunanus Shihab. Kitab ini disusun atas dasar bab dan dimasukkan pula kedalamnya hadis-hadis yang dipandang shahih dengan tidak menyebut sanad.
7. Ath-Thahawy
Ath-Thahawy, ialah : Abu Ja’far Ahmad ibn Muhammad ath-Thahawy, seorang hafidh dan seorang ahli fiqh.
Beliau mempunyai sebuah kitab yang dinamakan Ma’amil Atsar, sebuah kitab yang tertinggi nilainya.
Diterangkan ole hath-Thahawiy sendiri bahwa pada suatu ketika sebagian temannya meminta supaya beliau menyusun sebuah kitab berisi hadis-hadis yang diterima dari rasul dalam bidang hokum, yang disangka oleh sebagian orang, bahwa hadis-hadis itu berlawanan satu sama lainnya, lantaran mereka tidak mengetahui tentang nasikh dan mansukh.
Ibnu Ath-Thahawy wafat pada tahun 321 H.[5]
BAB II
PENUTUP
Hadis pada abad ke enam di mulai dari awal abad IV H – 656 H, disitu kita bisa lihat beberapa tokoh pada abad keenam di antaranya ialah Al-Hakim, Ad-Daraquthny, Ibnu Hibban, Ath-Thabarany, Qosim ibn Ashbagh, Ibnu Sakan, Ath-Thahawy dan masing mempunyai peran yang berbeda-beda.
Mungkin dari pembahasan penulis di atas masih banyak kekurangan, setidaknya bisa menambah pengetahuan teman-teman mengani periode hadis pada abad ke enam, dan menambah pengetahuan penulis sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah Perkemnagan HADITS (PT. Bulan Bintang: Jakarta,1988)
Lisanul Mizan 5
[1] Baca: Tarikh Ibnu Katsir 11: 355; Miftahus Sunnah.
[2] Baca: Lisanul Mizan 5 : 112
[3] Lihat: Kasyfudh Bhunun 2 : 290.
[4] Ibid.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !