Berita Terbaru :
 photo Graphic1-31_zpsc1f49be2.jpg
Home » » NAKIRAH DAN MA’RIFAH

NAKIRAH DAN MA’RIFAH

NAKIRAH DAN MA’RIFAH

Pendahuluan
Mempelajari al-quran telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo dulu. Termasuk para sahabat dizaman rasulullah SAW. Hal itu tidak lepas dari keahlian yang dimiliki oleh mereka masing-masing.salah satunya adalah keahlian mereka dalam menafsirkan al-quran dan dalam penafsiran al-quran itu tidaklah mudah maka dari itu kita harus mempunyai pengetahuan dalam menafsirkan al-quran agar kita tidak salah dalam menafsirkan kalamullah.
Sebelum melakukan penafsiran terhadap ayat-ayat al-quran ada sejumlah kaidah yang harus dikuasai oleh seorang mufasir,yang apabila kaidah-kaidah itu tidak dikuasainya,maka kemungkinan keliru dalam suatu penafsiran menjadi lebih besar.maka dari itu mengkaji hal itu sangatlah penting agar terhindar dari penafsiran dan pemahaman yang keliru.
Dan dari beberapa kaidah yang terkandung dalam al-quran,salah satunya adalah kaidah ma’rifah dan nakirah.kajian mengenai ma’rifah dan nakirah ini sangat penting dipelajari oleh seorang mufasir karena pemahaman suatu ayat atau kalimat sering tergantung kepada penguasaan terhadap kedua komponen tersebut.untuk mengetahui bagaimana penerapan kaidah ma’rifah dan nakirah didalam al-quran,maka penulis akan mencoba untuk menjelaskan sedikit dalam makalah ini,mudah-mudahan dapat memberikan manfaat kepada kita dalam memahami isi al-quran dengan benar.

Dalam al-Quran tidak jarang kita jumpai ayat-ayat al-Quran yang cara penyampaiannya dengan menggunakan kalimat Isim dan Fi’il. Kedua kalimat tersebut tentunya mempunyai kandungan makna yang berbeda-beda.
Isim misalnya, telah dikemukakan oleh as-Suyuthi bahwa Isim menunjukkan tetapnya keadaan dan kelangsungannya (al-tsubut wa al-istimrar). Sedangkan Fi’il menunjukkan timbulnya sesuatu yang baru dan terjadinya suatu perbuatan (al-tajaddud wa al-huduts). Isim tidak terikat dengan waktu. Sedangkan Fi’il sebaliknya.
Selanjutnya, pemakalah akan mempresentasikan hasil tulisan ini yang masih banyak kekurangan di dalam pembahasan dan penulisan kami . Kami akan membahas tentang kalimat Isim (nakirah dan ma’rifah).  
Pembahasan
A.    Kaidah  Nakirah dan Ma’rifah
Isim Nakirah adalah isim kata yang menunjukkan kepada benda tidak tentu, atau isim yang menerima “Al” ta’rif atau Isim yang menempati tempatnya isim yang menerima “Al”.[1] Dan di dalam al-Quran   Isim ini memiliki beberapa fungsi, antara lain yaitu:
1.      Untuk menunjukkan isim tunggal (al-wihdah), seperti kata rojulun dalam  Q.S. al- qashash (28): 20, yang menunjuk kepada seorang laki-laki.
uä!%y`ur ×@ã_u ô`ÏiB $|Áø%r& ÏpuZƒÏyJø9$# 4Ótëó¡o tA$s% #ÓyqßJ»tƒ žcÎ) V|yJø9$# tbrãÏJs?ù'tƒ y7Î/ x8qè=çFø)uÏ9 ólã÷z$$sù ÎoTÎ) y7s9 z`ÏB šúüÏÛÅÁ»¨Y9$# ÇËÉÈ
2.      Untuk menunjukkan ragam atau macam (al-nau’), misalnya kata daabbah dalam Q.S al-nur: 45, mengandung pengertian mengenai ragam binatang dari macam-macam air.  
ª!$#ur t,n=y{ ¨@ä. 7p­/!#yŠ `ÏiB &ä!$¨B ( Nåk÷]ÏJsù `¨B ÓÅ´ôJtƒ 4n?tã ¾ÏmÏZôÜt/ Nåk÷]ÏBur `¨B ÓÅ´ôJtƒ 4n?tã Èû÷,s#ô_Í Nåk÷]ÏBur `¨B ÓÅ´ôJtƒ #n?tã 8ìt/ör& 4 ß,è=øƒs ª!$# $tB âä!$t±o 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ÖƒÏs%
 Demikian juga halnya dengan kata hayaatun dalam Q.S al-Baqoroh: 96
öNåk¨XyÉftGs9ur šÝtômr& Ä¨$¨Y9$# 4n?tã ;o4quŠym z`ÏBur šúïÏ%©!$# (#qä.uŽõ°r& 4 Šuqtƒ öNèdßtnr& öqs9 ã£Jyèムy#ø9r& 7puZy $tBur uqèd ¾ÏmÏnÌômtßJÎ/ z`ÏB É>#xyèø9$# br& t£Jyèム3 ª!$#ur 7ŽÅÁt/ $yJÎ/ šcqè=yJ÷ètƒ ÇÒÏÈ  
 yang mengandung pengertian untuk mencari tambahan (bekal) di  masa datang sebab keinginan itu bukan terhadap masa lalu atau masa sekarang.
3.      Untuk mengagungkan atau memuliakan (al-ta’dzim). Seperti kata harb dalam Q.S al-baqoroh: 279
bÎ*sù öN©9 (#qè=yèøÿs? (#qçRsŒù'sù 5>öysÎ/ z`ÏiB «!$# ¾Ï&Î!qßuur ( bÎ)ur óOçFö6è? öNà6n=sù â¨râäâ öNà6Ï9ºuqøBr& Ÿw šcqßJÎ=ôàs? Ÿwur šcqßJn=ôàè? ÇËÐÒÈ  
 Kata harb dalam ayat ini maksudnya adalah peperangan yang dahsyat.
4.      Untuk menunjukkan jumlah yang banyak (al-taktsir), seperti kata ajran dalam Q.S al-Syu’ara’: 41
$£Jn=sù uä!%y` äotys¡¡9$# (#qä9$s% tböqtãöÏÿÏ9 ¨ûÉîr& $uZs9 #·ô_V{ bÎ) $¨Zä. ß`øtwU tûüÎ7Î=»tóø9$# ÇÍÊÈ  
 Kata ajran maksudnya dalam ayat ini adalah pahala yang banyak (cukup).
5.      Untuk menghinakan atau merendahkan (al-tahqir), seperti kata dalam surah Q.S ‘Abasa: 19
`ÏB >pxÿôÜœR ¼çms)n=yz ¼çnu£s)sù ÇÊÒÈ  
 Maksudnya adalah; bahwa manusia dalam ayat tersebut bermakna diciptakan Allah dari sesuatu yang “hina”.
6.      Untuk menyatakan jumlah sedikit (al-taqlil), seperti kata dalam Q.S al-Taubah:72
ytãur ª!$# šúüÏZÏB÷sßJø9$# ÏM»oYÏB÷sßJø9$#ur ;M»¨Zy_ ÌøgrB `ÏB $ygÏGøtrB ã»yg÷RF{$# tûïÏ$Î#»yz $pkŽÏù z`Å3»|¡tBur Zpt6ÍhŠsÛ Îû ÏM»¨Zy_ 5bôtã 4 ×bºuqôÊÍur šÆÏiB «!$# çŽt9ò2r& 4 y7Ï9ºsŒ uqèd ãöqxÿø9$# ÞOŠÏàyèø9$# ÇÐËÈ  
 Maksudnya, rida Allah yang sedikit itu lebih besar ketimbang surge-surga  yang ada karena merupakan pangkal kebahagiaan.
7.      Untuk menunjuk pengertian umum jika nakirah tersebut mengandung unsur nafyi atau nahyi atau syarth atau istifham. Contoh ayat yang menunjukkan arti nafyi dalam Q.S al-Infithar; 19 yang bersifat umum, menunjuk kepada siapapun.
tPöqtƒ Ÿw à7Î=ôJs? Ó§øÿtR <§øÿuZÏj9 $\«øx© ( ãøBF{$#ur 7Í´tBöqtƒ °! ÇÊÒÈ

Selanjutnya, contoh kalimat yang mengandung arti nahyi dalam surah an-Nisa’: 36
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Next Prev home
 
Support : Creating Website | Mas Imam
Copyright © 2009. GREEN GENERATION - All Rights Reserved