HERBERT SPENCER
I.
Pendahuluan
Tokoh yang satu ini memang hampir saja membingungkan kita,
antara mana teori Herbert Spencer dan mana teori Auguste comte karena keduanya
memiliki kesamaan yang sulit dibedakan. salah satu pandangannya adalah mengenai
hubungan negara dengan persoalan individual, menurutbya negara tidak perlu ikut
campur dalam persoalan individu kecuali dalam fungsi fasip untuk melindungi
rakyatnya. Bahkan ia tidak tertarik terhadap bentuk reformasi sosial, ia
menginginkan kehidupan sosial berkembang bebas dari kontrol eksternal.
Spencer pantas dibilang sebagai “Darwinis Sosial” mengaju
pada pandangan-pandangannya teori evolusinya. Ia mempercayai akan kehidupan
maasyarakat yang akan tumbuh progresif menuju keadaan yang lebih baik, untuk
itu masyarakat harus dibiarkan bekembang sendiri. masyarakat harus dilepas dari
campur tangan eksternal yang diyakini justru memperburuk keadaan. spencer
menyetujui akan adanya evolusi darwin dalam konteks sosial, yaitu apabila
dibiarkan dengan sendirinya teori itu akan berlaku dimana individu yang layak
bertahan hidup akan berkembang, sedangkan individu yang yang tidak layak maka
ia akan tersingkir. letak perbedaan Spencer dengan Comte adalah, spencer
memusatkan perhatiannya pada individu, sedangkan Comte pada unit yang lebih
luas, misalnya keluarga. namun dibalik itu lebih banyak kesamaan diantara
keduanya, keduanya memiliki orientasi dan interprestasi yaang sama
berkomitmen dalam sosiologi. disamping keduanya sama-sama memandang masyarakat
sebagai sebuah organisme. teori keduanya terinspirasi ilmu biologi mengenai
sistem organisme yang saling berhubungan.[1]
II.
Pembahasan
A.
Sekilas tentang
Herbert Spencer
Herbert Spencer (lahir di Derby, 27 April 1820,meninggal di
Brighton, 8 Desember 1903 pada umur 83 tahun) adalah seorang filsuf Inggris dan
seorang pemikir teori liberal klasik terkemuka. Meskipun kebanyakan karya yang
ditulisnya berisi tentang teori politik dan menekankan pada “keuntungan akan
kemurahan hati”, dia lebih dikenal sebagai bapak Darwinisme sosial. Herbert
Spencer adalah seorang filsuf, sosiolog pengikut aliran sosiologi organis, dan
ilmuwan pada era Victorian yang juga mempunyai kemampuan di bidang mesin.
Pemuda Spencer pada usia 17 tahun diterima kerja di bagian mesin untuk
perusahaan kereta api London dan Birmingham. Kariernya bagus sehingga dipercaya
sebagai wakil kepala bagian mesin. Setelah beberapa waktu lamanya bekerja di
perusahaan kereta api, kemudian pindah pekerjaan menjadi redaktur majalah The
Economist yang saat itu terkenal. Spencer mempunyai sebuah kemampuan yang luar
biasa dalam hal mekanik. Hal ini akan ikut serta mewarnai seluruh imajinasinya
tentang biologi dan sosial di masa yang akan datang. Spencer adalah seorang
pembaca yang luar biasa, kolektor yang tekun mengumpulkan fakta-fakta mengenai
masyarakat di manapun di dunia ini, dan penulis yang produktif. Ia
mengembangkan sistem filsafat dengan aspek-aspek utiliter dan evolusioner.
Spencer membangun utiliterisme jeremy Bentham. Spencerlah yang menggunakan
istilah Survival of the fittest pertama kali dalam karyanya Social Static
(1850) yang kemudian dipopulerkan oleh Charles Darwin. Spencer selain
menerbitkan buku lepas, juga menerbitkan buku dan artikel berseri. Beberapa
diantaranya adalah Programme of a System of Synthetic Philosophy (1862-1896)
yang meliputi biologi, psikologi, dan etika.
B.
Karya-karya
Herbert Spencer
Selama hidupnya, Spencer menghasilkan sejumlah karya besar.
Sebagian besar pemikiran Spencer tentang sosiologi ditulis dalam 10 buku (dua
jilid Biologi, dua jilid psikologi, tiga jilid Sosiologi, dan dua jilid tentang
moralitas) yang kemudian dikemas menjadi Programme of a System of Synthetic
Philosophy (1862-1896). Paket ini memuat seluruh teori evolusi universal,
meliputi evolusi bilogi, psikologi, sosial, dan etika. Karya-karya tersebut
mengukuhkan dirinya sebagai penganut filsafat sintesis, yakni ilmu filsafat
yang menggabungkan beberapa ilmu pengetahuan menjadi satu. [2]
Dari sederet karya tersebut, buku Principles of Sociology
merupakan karya monumental Spencer yang mendorong perkembangan Sosiologi sebagai
ilmu populer di masyarakat, terutama di Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat.
Meski begitu, Spencer kurang mendapat sambutan di negeri sendiri.
Berikut sejumlah karya utama Spencer semaca hidupnya:
1.
Social Statics (1850).
2.
Principles of Psychology (1855).
3.
Principles of Biology (1861 dan 1864).
4.
First Principles (1862).
5.
The Study of Sociology (1873) dll.
Bila dicermati, karya-karya Spencer senantiasa mendasarkan
konsepsi bahwa seluruh alam, baik yang berwujud organis, nonorganis, maupun
superorganis berevolusi karena dorongan kekuatan mutlak yang kemudian
disebutnya sebagai evolusi universal. Gambaran menyeluruh tentang evolusi
universal umat manusia menunjukkan bahwa pada garis besarnya Spencer melihat
perkembangan masyarakat dan kebudayaan dari suatu bangsa di dunia sudah melalui
tingkatan evolusi yang sama.[3]
C.
Spencer tentang
Sosiologi
Bagi Spencer, Sosiologi merupakan suatu studi evolusi dalam
bentuk yang paling kompleks. Dia menguraikan materi sosiologi secara rinci dan
sistematis dalam tiga jilid The Prinsiples of Sociology. Menurutnya,
sosiologi merupakan ilmu pengetahuan mengenai hakikat manusia secara
inkorporatif dengan pendekatan makro yang berpusat pada manusia. Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari segala gejala yang muncul dari perilaku
manusia secara bersama-sama.[4]
objek pokok sosiologi adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial, dan
industri. Tambahannya antara lain asosiasi, masyarakat setempat, pembagian
kerja, lapisan sosial, sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta
penelitian terhadap kesenian dan keindahan. Dia mengingatkan bahwa sosiologi
juga harus menyoroti hubungan timbal balik antara unsur-unsur yang ada dalam
masyarakat yang tetap dan harmonis, serta merupakan suatu integrasi, seperti
pengaruh norma-norma tersebut di atas terhadap kehidupan keluarga serta
hubungan antara lembaga politik dengan lembaga keagamaan. Oleh karena itu,
Spencer berpendapat bahwa sosiologi adalah psikologi yang dipraktikkan dan
mendapat wujud antara lain etika dan peradaban yang terdapat dalam
masyarakat.Spencer menekankan pentingnya pendekatan bagi seluruh gejala yang
ada serta meningkatkan pendekatan bagi pengkajian kehidupan sosial. Berbeda
dengan anggapan masyarakat selama ini tentang semua gejala yang berhubungan
dengan masalah kemasyarakatan yang selalu dihubungkan dengan metafisik dan
agama, Spencer memperkenalkan pendekatan baru yaitu pendekatan empiris dengan
data konkret yang memisahkan antara agama dan metafisik dengan ilmu pengetahuan
yang dapat dibuktikan oleh siapa saja dan kapan saja dengan hasil yang sama.
Spencer adalah orang yang pertama kali menulis tentang masyarakat atas dasar
data empiris yang konkret.Pendekatan empiris ala Spencer mendapat banyak
tantangan pemuka agama. Menyadari hal itu, Spencer kemudian melakukan
rekonsiliasi antara ilmu pengetahuan dengan agama. Rekonsiliasi ini dimuat
dalam bukunya yang terbit kemudian, yaitu yang berjudul First Prinsciple.
Di sana Spencer membedakan fenomena ke dalam dua kelompok, yaitu fenomena atau
kejadian yang dapat diketahui dan fenomena atau kejadian yang tidak dapat
diketahui. Fenomena dan hal-hal yang dapat diketahui dianggap merupakan
pengalaman nyata dan mudah diterima oleh akal manusia, sedang fenomena yang
tidak dapat diketahui adalah hal-hal dan kejadian di luar ilmu pengetahuan dan
konsepsi manusia.[5]
D.
Spencer tentang Teori Evolusi
Soekanto (1990:484-485) mendefinisikan evolusi sebagai
serentetan perubahan kecil secara pelan-pelan dan kumulatif yang terjadi dengan
sendirinya dan memerlukan waktu lama. Evolusi dalam masyarakat adalah
serentetan perubahan yang terjadi karena usaha-usaha masyarakat tersebut
untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul
sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Perubahan ini tidak harus sejalan dengan
rentetan peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan.
Dalam bukunya, Positive Philosophy (1851-1854), Comte
menulis tentang tiga tingkatan yang pasti dilalui pemikiran manusia yaitu:
teologis, metafisik (atau filosofis), dan akhirnya positif (atau ilmiah). Comte
berpendapat bahwa masyarakat mempunyai kedudukan yang dominan terhadap pribadi.
Sebaliknya, Spencer berpendapat bahwa pribadi mempunyai
kedudukan dominan dalam struktur masyarakat. Dia menekankan bahwa pribadi
merupakan dasar struktur sosial, meskipun masyarakat dapat dianalisis pada
tingkat struktural. Struktur sosial suatu masyarakat dibangun untuk
memungkinkan anggotanya memenuhi berbagai keperluan. Oleh karena itu,
banyak ahli memandang Spencer bersifat individualistis. Terkait ketertarikannya
pada perkembangan evolusi jangka panjang dari masyarakat modern, Spencer
menilai masyarakat bersifat organis. Pandangan ini yang kemudian
menjadikan Spencer sering disebut sebagai seorang teoretis organik karena
usahanya memperluas prinsip-prinsip evolusi pada ilmu biologi ke institusi
sosial.
Lebih jauh Spencer mengungkapkan bahwa perubahan alamiah
dalam diri manusia mempengaruhi struktur masyarakat. Kumpulan pribadi dalam
masyarakat merupakan faktor penentu bagi terjadinya proses kemasyarakatan yang
pada hakikatnya merupakan struktur sosial dalam menentukan kualifikasi. Bagi
Spencer, masyarakat merupakan material yang tunduk pada hukum universal
evolusi. Masyarakat mempunyai hubungan fisik dengan lingkungan yang
mengakomodasi dalam bentuk tertentu dalam masyarakat, terutama dalam
organisasinya. Masyarakat tersusun atas dasar hakikat manusia dan bentuknya
sangat dipengaruhi oleh alam yang sulit dimodifikasi. Modifikasi yang dilakukan
oleh manusia sangat sulit ditentukan akibatnya.[6]
III.
Penutup
Spencer telah
sering dituduh inkonsistensi, satu variasi dalam menemukan kesimpulan mengenai
nasionalisasi tanah dan reformasi, hak anak dan perluasan hak pilih terhadap
perempuan, dan peran pemerintah. Selain itu, dalam studi terbaru dari teori Spencer
keadilan sosial, ada beberapa perdebatan apakah keadilan didasarkan terutama
pada padang pasir atau pada hak, apakah 'hukum kebebasan yang sama "adalah
keharusan moral atau hukum alam deskriptif, dan apakah hukum dari kebebasan
yang sama didasarkan mengenai hak, utilitas, atau, akhirnya, pada 'moral'.
Namun demikian, karya Spencer telah sering dipandang sebagai model untuk nanti
'libertarian' pemikir, seperti Robert Nozick, dan ia terus dibaca-dan sering
dipanggil-oleh 'libertarian' pada isu-isu tentang fungsi pemerintah dan
karakter dasar hak-hak individu.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat, Sejarah Teori
Antropologi I. Jakarta: UI-Press.Sukanto, 1987.
Soerjono, Teori Sosiologi tentang
Pribadi dan Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia, (1982).
Haryanto, Herbert Spencer (Modul
Pembelajaran Universitas Terbuka). Jakarta: Universitas Terbuka. 1987.
Siahaan, Hotman M. Pengantar ke Arah
Sejarah dan Teori Sosiologi. (1986).
http://ipahipeh.blog.fisip.uns.ac.id, mengenal-pemikiran-herbert
[1] http://ipahipeh.blog.fisip.uns.ac.id,
mengenal-pemikiran-herbert-spencer/)
diakses pada Rabu, 11 Januari 2012.
[2]
Sukanto,
Soerjono. Teori Sosiologi tentang Pribadi dan Masyarakat. Jakarta:
Ghalia Indonesia. hal 24-27
[3]
Koentjaraningrat.
Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI-Press. Hal 12-13
[4]
Sukanto,
Soerjono. (1982). Teori Sosiologi tentang Pribadi dan Masyarakat.
Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal 21-22
[5]
Siahaan,
Hotman M. (1986). Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi. Hal
22-24
[6]
Haryanto.
(tt). Herbert Spencer (Modul Pembelajaran Universitas Terbuka).
Jakarta: Universitas Terbuka. Hal 32-35
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !