Berita Terbaru :
 photo Graphic1-31_zpsc1f49be2.jpg
Home » » HERBERT SPENCER

HERBERT SPENCER


HERBERT SPENCER
I.     Pendahuluan
Tokoh yang satu ini memang hampir saja membingungkan kita, antara mana teori Herbert Spencer dan mana teori Auguste comte karena keduanya memiliki kesamaan yang sulit dibedakan. salah satu pandangannya adalah mengenai hubungan negara dengan persoalan individual, menurutbya negara tidak perlu ikut campur dalam persoalan individu kecuali dalam fungsi fasip untuk melindungi rakyatnya. Bahkan ia tidak tertarik terhadap bentuk reformasi sosial, ia menginginkan kehidupan sosial berkembang bebas dari kontrol eksternal.
Spencer pantas dibilang sebagai “Darwinis Sosial” mengaju pada pandangan-pandangannya teori evolusinya. Ia mempercayai akan kehidupan maasyarakat yang akan tumbuh progresif menuju keadaan yang lebih baik, untuk itu masyarakat harus dibiarkan bekembang sendiri. masyarakat harus dilepas dari campur tangan eksternal yang diyakini justru memperburuk keadaan. spencer menyetujui akan adanya evolusi darwin dalam konteks sosial, yaitu apabila dibiarkan dengan sendirinya teori itu akan berlaku dimana individu yang layak bertahan hidup akan berkembang, sedangkan individu yang yang tidak layak maka ia akan tersingkir. letak perbedaan Spencer dengan Comte adalah, spencer memusatkan perhatiannya pada individu, sedangkan Comte pada unit yang lebih luas, misalnya keluarga. namun dibalik itu lebih banyak kesamaan diantara keduanya, keduanya memiliki orientasi dan interprestasi yaang sama  berkomitmen dalam sosiologi. disamping keduanya sama-sama memandang masyarakat sebagai sebuah organisme. teori keduanya terinspirasi ilmu biologi mengenai sistem organisme yang saling berhubungan.[1]

II.     Pembahasan
A.        Sekilas tentang Herbert Spencer
Herbert Spencer (lahir di Derby, 27 April 1820,meninggal di Brighton, 8 Desember 1903 pada umur 83 tahun) adalah seorang filsuf Inggris dan seorang pemikir teori liberal klasik terkemuka. Meskipun kebanyakan karya yang ditulisnya berisi tentang teori politik dan menekankan pada “keuntungan akan kemurahan hati”, dia lebih dikenal sebagai bapak Darwinisme sosial. Herbert Spencer adalah seorang filsuf, sosiolog pengikut aliran sosiologi organis, dan ilmuwan pada era Victorian yang juga mempunyai kemampuan di bidang mesin. Pemuda Spencer pada usia 17 tahun diterima kerja di bagian mesin untuk perusahaan kereta api London dan Birmingham. Kariernya bagus sehingga dipercaya sebagai wakil kepala bagian mesin. Setelah beberapa waktu lamanya bekerja di perusahaan kereta api, kemudian pindah pekerjaan menjadi redaktur majalah The Economist yang saat itu terkenal. Spencer mempunyai sebuah kemampuan yang luar biasa dalam hal mekanik. Hal ini akan ikut serta mewarnai seluruh imajinasinya tentang biologi dan sosial di masa yang akan datang. Spencer adalah seorang pembaca yang luar biasa, kolektor yang tekun mengumpulkan fakta-fakta mengenai masyarakat di manapun di dunia ini, dan penulis yang produktif. Ia mengembangkan sistem filsafat dengan aspek-aspek utiliter dan evolusioner. Spencer membangun utiliterisme jeremy Bentham. Spencerlah yang menggunakan istilah Survival of the fittest pertama kali dalam karyanya Social Static (1850) yang kemudian dipopulerkan oleh Charles Darwin. Spencer selain menerbitkan buku lepas, juga menerbitkan buku dan artikel berseri. Beberapa diantaranya adalah Programme of a System of Synthetic Philosophy (1862-1896) yang meliputi biologi, psikologi, dan etika.


B.        Karya-karya Herbert Spencer
Selama hidupnya, Spencer menghasilkan sejumlah karya besar. Sebagian besar pemikiran Spencer tentang sosiologi ditulis dalam 10 buku (dua jilid Biologi, dua jilid psikologi, tiga jilid Sosiologi, dan dua jilid tentang moralitas) yang kemudian dikemas menjadi Programme of a System of Synthetic Philosophy (1862-1896). Paket ini memuat seluruh teori evolusi universal, meliputi evolusi bilogi, psikologi, sosial, dan etika. Karya-karya tersebut mengukuhkan dirinya sebagai penganut filsafat sintesis, yakni ilmu filsafat yang menggabungkan beberapa ilmu pengetahuan menjadi satu. [2]
Dari sederet karya tersebut, buku Principles of Sociology merupakan karya monumental Spencer yang mendorong perkembangan Sosiologi sebagai ilmu populer di masyarakat, terutama di Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat. Meski begitu, Spencer kurang mendapat sambutan di negeri sendiri.
Berikut sejumlah karya utama Spencer semaca hidupnya:
1.               Social Statics (1850).
2.               Principles of Psychology (1855).
3.               Principles of Biology (1861 dan 1864).
4.               First Principles (1862).
5.               The Study of Sociology (1873) dll.
Bila dicermati, karya-karya Spencer senantiasa mendasarkan konsepsi bahwa seluruh alam, baik yang berwujud organis, nonorganis, maupun superorganis berevolusi karena dorongan kekuatan mutlak yang kemudian disebutnya sebagai evolusi universal. Gambaran menyeluruh tentang evolusi universal umat manusia menunjukkan bahwa pada garis besarnya Spencer melihat perkembangan masyarakat dan kebudayaan dari suatu bangsa di dunia sudah melalui tingkatan evolusi yang sama.[3]




C.        Spencer tentang Sosiologi
Bagi Spencer, Sosiologi merupakan suatu studi evolusi dalam bentuk yang paling kompleks. Dia menguraikan materi sosiologi secara rinci dan sistematis dalam tiga jilid The Prinsiples of Sociology. Menurutnya, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan mengenai hakikat manusia secara inkorporatif dengan pendekatan makro yang berpusat pada manusia. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari segala gejala yang muncul dari perilaku manusia secara bersama-sama.[4] objek pokok sosiologi adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial, dan industri. Tambahannya antara lain asosiasi, masyarakat setempat, pembagian kerja, lapisan sosial, sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan. Dia mengingatkan bahwa sosiologi juga harus menyoroti hubungan timbal balik antara unsur-unsur yang ada dalam masyarakat yang tetap dan harmonis, serta merupakan suatu integrasi, seperti pengaruh norma-norma tersebut di atas terhadap kehidupan keluarga serta hubungan antara lembaga politik dengan lembaga keagamaan. Oleh karena itu, Spencer berpendapat bahwa sosiologi adalah psikologi yang dipraktikkan dan mendapat wujud antara lain etika dan peradaban yang terdapat dalam masyarakat.Spencer menekankan pentingnya pendekatan bagi seluruh gejala yang ada serta meningkatkan pendekatan bagi pengkajian kehidupan sosial. Berbeda dengan anggapan masyarakat selama ini tentang semua gejala yang berhubungan dengan masalah kemasyarakatan yang selalu dihubungkan dengan metafisik dan agama, Spencer memperkenalkan pendekatan baru yaitu pendekatan empiris dengan data konkret yang memisahkan antara agama dan metafisik dengan ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan oleh siapa saja dan kapan saja dengan hasil yang sama. Spencer adalah orang yang pertama kali menulis tentang masyarakat atas dasar data empiris yang konkret.Pendekatan empiris ala Spencer mendapat banyak tantangan pemuka agama. Menyadari hal itu, Spencer kemudian melakukan rekonsiliasi antara ilmu pengetahuan dengan agama. Rekonsiliasi ini dimuat dalam bukunya yang terbit kemudian, yaitu yang berjudul First Prinsciple. Di sana Spencer membedakan fenomena ke dalam dua kelompok, yaitu fenomena atau kejadian yang dapat diketahui dan fenomena atau kejadian yang tidak dapat diketahui. Fenomena dan hal-hal yang dapat diketahui dianggap merupakan pengalaman nyata dan mudah diterima oleh akal manusia, sedang fenomena yang tidak dapat diketahui adalah hal-hal dan kejadian di luar ilmu pengetahuan dan konsepsi manusia.[5]
D.    Spencer tentang Teori Evolusi
Soekanto (1990:484-485) mendefinisikan evolusi sebagai serentetan perubahan kecil secara pelan-pelan dan kumulatif yang terjadi dengan sendirinya dan memerlukan waktu lama. Evolusi dalam masyarakat adalah serentetan perubahan yang  terjadi karena usaha-usaha masyarakat tersebut untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Perubahan ini tidak harus sejalan dengan rentetan  peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan.
Dalam bukunya, Positive Philosophy (1851-1854), Comte menulis tentang tiga tingkatan yang pasti dilalui pemikiran manusia yaitu: teologis, metafisik (atau filosofis), dan akhirnya positif (atau ilmiah). Comte berpendapat bahwa masyarakat mempunyai kedudukan yang dominan terhadap pribadi.
Sebaliknya, Spencer berpendapat bahwa pribadi mempunyai kedudukan dominan dalam struktur masyarakat. Dia menekankan bahwa pribadi merupakan dasar struktur sosial, meskipun masyarakat dapat dianalisis pada tingkat struktural. Struktur sosial suatu masyarakat dibangun untuk memungkinkan anggotanya memenuhi berbagai keperluan.  Oleh karena itu, banyak ahli memandang Spencer bersifat individualistis. Terkait ketertarikannya pada perkembangan evolusi jangka panjang dari masyarakat modern, Spencer menilai  masyarakat bersifat organis. Pandangan ini yang kemudian menjadikan Spencer sering disebut sebagai seorang teoretis organik karena usahanya memperluas prinsip-prinsip evolusi pada ilmu biologi ke institusi sosial.
Lebih jauh Spencer mengungkapkan bahwa perubahan alamiah dalam diri manusia mempengaruhi struktur masyarakat. Kumpulan pribadi dalam masyarakat merupakan faktor penentu bagi terjadinya proses kemasyarakatan yang pada hakikatnya merupakan struktur sosial dalam menentukan kualifikasi. Bagi Spencer, masyarakat  merupakan material yang tunduk pada hukum universal evolusi. Masyarakat mempunyai hubungan fisik dengan lingkungan yang mengakomodasi dalam bentuk tertentu dalam masyarakat, terutama dalam organisasinya. Masyarakat tersusun atas dasar hakikat manusia dan bentuknya sangat dipengaruhi oleh alam yang sulit dimodifikasi. Modifikasi yang dilakukan oleh manusia sangat sulit ditentukan akibatnya.[6]

III.     Penutup
Spencer telah sering dituduh inkonsistensi, satu variasi dalam menemukan kesimpulan mengenai nasionalisasi tanah dan reformasi, hak anak dan perluasan hak pilih terhadap perempuan, dan peran pemerintah. Selain itu, dalam studi terbaru dari teori Spencer keadilan sosial, ada beberapa perdebatan apakah keadilan didasarkan terutama pada padang pasir atau pada hak, apakah 'hukum kebebasan yang sama "adalah keharusan moral atau hukum alam deskriptif, dan apakah hukum dari kebebasan yang sama didasarkan mengenai hak, utilitas, atau, akhirnya, pada 'moral'. Namun demikian, karya Spencer telah sering dipandang sebagai model untuk nanti 'libertarian' pemikir, seperti Robert Nozick, dan ia terus dibaca-dan sering dipanggil-oleh 'libertarian' pada isu-isu tentang fungsi pemerintah dan karakter dasar hak-hak individu.














DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI-Press.Sukanto, 1987.
Soerjono, Teori Sosiologi tentang Pribadi dan Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia, (1982).
Haryanto, Herbert Spencer (Modul Pembelajaran Universitas Terbuka). Jakarta: Universitas Terbuka. 1987.
Siahaan, Hotman M. Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi. (1986).
http://ipahipeh.blog.fisip.uns.ac.id, mengenal-pemikiran-herbert


[1] http://ipahipeh.blog.fisip.uns.ac.id, mengenal-pemikiran-herbert-spencer/) diakses pada Rabu, 11 Januari 2012.

[2] Sukanto, Soerjono. Teori Sosiologi tentang Pribadi dan Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia. hal 24-27
[3] Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI-Press. Hal 12-13
[4] Sukanto, Soerjono. (1982). Teori Sosiologi tentang Pribadi dan Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal 21-22
[5] Siahaan, Hotman M. (1986). Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi. Hal 22-24
[6] Haryanto. (tt). Herbert Spencer (Modul Pembelajaran Universitas Terbuka). Jakarta: Universitas Terbuka. Hal 32-35
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Next Prev home
 
Support : Creating Website | Mas Imam
Copyright © 2009. GREEN GENERATION - All Rights Reserved