Berita Terbaru :
 photo Graphic1-31_zpsc1f49be2.jpg
Home » » SUNAN KALIJAGA WALIYULLAH TANAH JAWA

SUNAN KALIJAGA WALIYULLAH TANAH JAWA


SUNAN KALIJAGA WALIYULLAH TANAH JAWA

A.    PENDAHULUAN
1.      Riwayat Hidup
Sunan kalijaga  adalah salah seorang wali terkemuka, hingga disebut waliyullah tanah jawa. Dalam kapasitasnya sebagai tokoh islam kejawen, menurut studi tentang ajaran dan riwayat hidupnya, ia termasuk wali yang akomodatif terhadap unsure budaya jawa. Terbukti, sunan kalijaga tidak menegur secara keras terhadap sultan hadiwijaya di pajang dan pemanahan di mataram. Ia mempunyai nama kecil raden sahid, kapan lahirnya pun menyimpan misteri. Ia diperkirakan lahir 1430an. Raden sahid adalah putra tumenggung wilwatikta yang sudah beragama islam dan berganti nama raden sahur. Ibunya benama dewi nawangrum.
Kisah masa muda sunan kalijaga paling tidak ada dua versi, versi pertama adalah yang menganggap bahwa pada dasarnya raden sahid suka mencuri dan merampok tapi bukan untuk dinikmati sendiri, melainkan untuk dibagikan kepada rakyat jelata. Sedangkan versi kedua adalah masa muda raden sahid adalah benar-benar perampok dan pembunuh yang  jahat yang selanjutnya bertobat setelah bertemu sunan boning sebagaimana yang tertulis dalam serat lokajaya.
Sunan kalijaga berperan dalam pendirian masjid pertama di jawa yakni masjid demak. Di dalam masyarakat pedesaan banyak sekali cerita-cerita lisan yang berkaitan dengan pendirian masjid ini. Misalnya perihal sunan kalijaga membuat tiang masjid dengan tatal, sunan kalajaga juga dianggap sebagai ulama penentu arah kiblat dengan cara menggandengkan Masjidil haram dengan Masjid demak dengan ke dua tangannya, sehingga yakin kebenaran arah kiblatnya, babad demak menyebutkan masjid demak bediri pada tahun 1477 M. Masjid demak selain sebagai pusat ibadah juga sebagai pusat pendidikan (pesantren). Masjid dan pesantren sesungguhnya merupakan center of excellence yang saling mendukung dan melengkapi dalam membentuk kepribadian muslim. Karya-karya dan peninggalan sunan kalijaga diantaranya yaitu: gamelan, wayang kulit, baju takwa demak, tembang dhandhanggula, kain batik motif garuda dan syair-syair pujian pesantren.
Sunan kalijaga menggubah beberapa lakon wayang da diantaranya yang terkenal adalah lakon jimat kalimasada, dewa ruci dan petruk dadi ratu. Jimat kalimasada taka lain perlambang dari kalimat syahadad, lakon jimat kalimasada inilah yang sering dipentaskan. Jimat kalimasad ini berupa sebilah keris yang terdapat relief timbul berupa tulisan. Pusaka ini cukup ampuh dalam melawan segala angkara murka di muka bumi, dan sunan kalijaga lah yang mampu menafsirkan rahasia dari jimat tersebut.
Sunan kalijaga mengganti puji-puji dalam sesaji dengan doa dan bacaan dari kitab suci alquran. Wayang bagi sunan kalijga buka n semata-mata pertunjukan cerita, namun dimanfaatkan betul sebagai sarana pendidikan masyarakat. Sebagai dalang sunan kalijaga sering memberi pesan-pesan kepada rakyat yang menyaksikan pertunjukan tersebut.
Babad Cirebon menulis sunan kalijaga menetap beberapa tahun di Cirebon, persisnya di desa kali jaga, sekitar 2,5 km arah selatan kota. Kemudian ia menetap di kadilangu sampai akhir hayatnya bersama istrinya dewi sarah ,putrid maulaa ishak. Sunan kalijaga hidup dalam empat era decade pemerintahan. Yakni masa majapahit (sebelum 1478), kasultanan demak (1481-1546), kasultanan pajang (1546-1568) dan awal pemerintahan matarm (1580an). Begitulah yang dinukilkan dalam babad tanah jawi. Begitulah kisah sunan kalijaga yang tak pernah padam dikalangan masyrakat pesisir utara jawa tengah, hingga Cirebon. Terutama caranya berdakwah yang memikat dan kompromis sehingga dianggap berbeda dengan metode para wali yang lain.
2.      Karya Sunan Kalijaga
Kisah tentang kalijaga ini penuh mistik, sumber yang orisinil tentang kisah tersebut tidak tesedia. Namun demikian sebenarnya sunan kalijaga meninggalkan dua buah karya tulis yaitu serat dewa ruci dan suluk linglung yang belum dikenal luas. Mengenai isi dari kedua karya tersebut sebenarnya hampir sama, perbedaannya sedikit tapi fundamental. Di dalam suluk linglung sunan kali jaga telah menyinggung pentingnya orang untuk melakukan sholat dan puasa, sedang hal itu tidak ada sama sekali di dalam serat dewa ruci. Naskah suluk linglung disimpan oleh nyonya mursidi keturunan sunan kalijaga ke 14 di tulis menggunakan huruf pegon berbahasa jawa. Sebagai tambahan pada waktu sunan kalijaga masih berjati diri seperti yang tetulis dalam serat dewa ruci, muri-murid kinasihnya berfaham manunggaling kawula gusti, seperti sultan hadiwijaya, pemanahan, dan sebagainya ( ahmad mursyidi, 2001)
B.     PEMBAHASAN
Adapun pemikiran Sunan kalijaga dalam mengislamisasi budaya di tanah jawa antara lain:
1.      Tembang ilir-ilir, lambang islamisasi tanah jawa
Sunan kalijaga mengarang tembang ilir-ilir, menggubah tembang macapat metrum dhandanggula, dan membuat gambar wayang kulit miring. Adapun syair tembang ilir-ilir karya sunan kalijaga yaitu:
Ilir-ilir
Ilir-ilir tandure wis sumilir (ilir-ilir tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo tak senggah temanten anyar (tampak menghijau ibarat pengantin baru)
Bocah angon penekno blimbing kuwi  (wahai penggembala panjatlah blimbing itu)
Lunyu-lunyu yo penekna kanggo masuh dodotiro (meski licin panjatlah untuk mencuci kain)
Dodotiro kumitir bedhah ing pinggir (kain yang sudah robek kainnya)
Dondomana jrutamatana kanga seba mengko sore (jahitlah dan tambalah untuk menghadapi nanti sore)
Mumpung padhang rembulane mumupung jembar kalangane (mumpung bulan terang dan lebar tempatnya) (M hariwijaya, Islam Kijawen, 2006;197-198)
Lagu ilir-ilir diatas member optimis pada seseorang yang sedang melakukan amal kebaikan, amal itu  berguna untuk bekal di hari akhir. Kesempatan hidup di dunia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk berbuat kebaikan. Menurut para ahli, tafsir tembang ilir-ilir adalah sebagai sarana penyiaran agama islam secara damai, tanpa paksaan dan kekerasan. Toleransi di dalam menyiarkan agama islam sangat jelas hingga terjadi asimilasi dan adaptasi antara ajaran islam dan ajaran lainnya, sehingga terjadi apa yang di sebut cultur contack.
Ilir-ilir Ilir-ilir tandure wis sumilir makin subur dan tersyiarlah agama islam yang disyiarkan oleh para wali, Tak ijo royo-royo tak senggah temanten anyar hijau adalah warna dan lambing agama isam, bagaikan pengantin baru. Maksudnya agama islam begitu menarik dan kemunculannya yang baru diibaratkan dengan pengantin baru.
Bocah angon penekno blimbing kuwi cah angon atau penggembala diibaratkan dengan dengan penguasa yang menggembala rakyat, para penguasa itu disarankan untuk segera masuk agama islam, disimbolkan dengan buah belimbing yang mempunyai bentuk segilima sebagai lambing rukun islam. Lunyu-lunyu yo penekna kanggo masuh dodotiro. Walaupun licin, susah, tetapi usahakanlah untuk masuk islam demi mensucikan dodot (pakain yang sering dipakai pembesar jaman dulu). Bagi orang jawa agama adalah pakain atau kepercayaan.
Dodotiro kumitir bedhah ing pinggir . pakaianmu, agamamu sudah rusak karena telah bercampur dengan kepercayaan animism dan dinamisme. Dondomana jrutamatana kanga seba mengko sore. Agamamu yang sudah rusak itu jahitlah perbaikilah sebagai bekal menghadap Tuhan. Mumpung padhang rembulane mumupung jembar kalangane. Mumpung masih hidup masih ada kesempatan bertobat. (M hariwijaya, Islam Kijawen, 2006;198)
2.      Makna simbolik kisah dewa ruci
Dalam serat dewa ruci terdapat salah satu kisah simbolik  sastra jawa klasik yaitu riwayat she Malaya tatkala diperintahkan oleh sunan bonang agar pergi naik haji ke mekah. Karena tidak tahu jalan she Malaya terjun ke laut, di situlah ia di datangi nabi khidir dan diberi wejangan ilmu kesempurnaan. Kalimat-kalimat yang hamper sama dengan yang ada dalam serat dewa ruci adalah sebagai berikut;
Nabi khidir angendiko aglis, gedhe endhi siro lawan jagat, kabeh iki saisine, kalawan gunungipun, samudrane alase sami, tan sesak lumebuwa, mring jro garbaningsun, she Malaya dukmiyarsa, semu ajrih kummel sandika tumeki, melbeng sang marbudengrat. (M hariwijaya, Islam Kijawen, 2006;236)
Nabi khidir segera bersabda, lebih besar manakah engkau dengan dunia, dengan seluruh isinya, beserta gunung-gunungnya. Samudra dan hutan-hutannya, tidak penuh sesak bila, masuk kedalam badanku. Seh Malaya ketika mendengar, agak merasa takut sehingga menyanggupi memasuki tubuh nabi khidir .
Hal ini menunjukkan bahwa ajaran sufi menjiwai serat Dewa ruci, masyarakat jaw saat itu merasa bahwa ajaran simbolis yang terdapat dalam serat dewa ruci itu sesuai dengan falsafah hidup mereka. Maka serat Dewa ruci mendapat tanggapan yang besar (Woro Aryandini, 1996; 36)  
3.      Asal usul terjadinya manusia
Sunan kalijaga mengajarkan asal-usul- kejadian manusia melalui syair jawa berjudul Cublak-cublak suweng . lagu ini juga pernah di tafsirkan oleh Sunan Paku buwono v dalam serat centhini, jilid 3, pupuh 207( pangkur) bait 118-20. Awal mulanya di gambarkan bahwa ana manuk bango botha, ngendhog ing ngenthak-entha, sepi. Maksudnya ada seekor bangau yang merupakan ibarat alam semesta. Telur burung ini tidak lain ibarat dari udara/angin. Angin hanya ada di “awing-awang dan uwung-uwung”tak dapat diambil dan sulit dan sulit dilihat, namun angin tersebut yang menghidupi manusia, seperti kutipan lagu berikut;
Cublak suwen suwengira,
Sigelenter mambukethundung mundhinh,
Empak empong lira-liru,
Iyeiku swasananta,
Mlebu metu ingaran lira-liru,
Ing suwung kang mengku ana,
Mungguh sajroning ngaurip (Suwardi endraswara, Mistik kejawen, 2003:103)
Maksud dari lagu itu bahwa, dalam diri manusia tak akan lepas dari angin( nafas). Hidup dan nafas sulit dipisahkan. Lukisan nafas hidup ini dapat diruntut dari pengertian katacublak artinya wadah, suweng bisa dari kata suwung( hampa), sigelenter (terus berjalan tidak berhenti), mundhing (kerbau). Maksud keseluruhannya, manusia dan alam semesta selalu ada nafas yang keluar masuk, karena manusia itu bodoh (seperti kerbau), mereka tak melihat semua itu, namun semua itu ada. Ada yang tak ada. Padahal nafas itu emplak empong (tertanam keluar masuk dalam badan). Keluar masuknya nafas tersebut seakan-akan telah biasa, jika manusia tak sadar, tak tahu pula bahwa ada yang mengatur nafas itu, Allah sja yang tau. Karena itu manusia diharapkan sadar asal-usul, sehingga akan menambah bekal(ibadah) kepada Allah. (Suwardi endraswara, Mistik kejawen, 2003:103-104)
4.      Rekayasa sinkretisme sunan kalijaga
Sunan kalijaga adalah wali asli keturunan orang jawa. Oleh karena itu, iasangat paham budaya jawa yang tidak bisa dipisahkan dengan dunia mistik mereka. Apabila dibabat habis dengan metode  sunsn giri, sunan kalijaga khawatir rakyat bawah tidak akan mau memeluk agama islam. Oleh karena itu perubahan harus pelan-pelan. Tata cara yang menjadi kepercayaan agama lama yang harus di ubah dengan pelan-pelan  menurut sunan kalijaga ada 3 hal:
a.       Bab samadi, sebagai puji mengheningkan cipta, mengandung maksud untuk mencari sasmita dan berita batin mengenai hal-hal yang sudah lewatdan yang akan dating.  Diusahakan berubah
b.      Bab sesaji dan membakar kemenyan, bermaksud menyajikan kebaktian kepada lelembut, yaitu makhluk halus seperti jin dan setan, supaya mereka membantu dan tidak mengganggu rakyat setempat. Hal ini harus diubah dengan memberi sedekah kepada fakir miskin, tetangga dekat, sanak keluarga dan lain sebagainya.
c.       Bab upacara tradisi keagamaan.(Purwadi:2002, hariwijaya:2003)
5.      Gubahan wayang gaya islam
Sejak masuknya islam, maka sarana kegiatan budaya jawa yang berupa wayang dianyam secara canggih untuk memasukkan ajaran-ajaran islam. Banyak lakon-lakon  digubah untuk kepentingan ini. Sunan kalijaga menggubah beberapa lakon wayang dan diantaranya yang terkenal adalah lakon jimat kalimasada, dewa ruci dan  petruk dadi ratu.
Satu personifikasi yang sangat dekat dengan masyarakat jawa adalah tokoh punakawanyang terdiri atas semar, gareng, petruk, bagong. Punakawan yang terdiri atas semar, nala gareng, petruk, bagong adalah tokoh-tokoh yang selalu ditunggu-tunggu dalam setiap pergelaran wayang di jawa. Sebenarnya dalam cerita wayang yang asli dari india tidak ada tokoh punakawan. Para tokoh punakawan dibuat sedemikian rupa mendekati kondisi masyarakat jawa yang beraneka ragam.
Punakawan dimainkan dalam sesi gara-gar. Jika diperhatikan secara seksama ada kemiripan dalam setiapa pertunjukan wayang anatara satu lakon dan lakon yang lain. Pada setiap permulaan permainan wayang biasanya tidak ada adegan bunuh membunuh antara totkoh-tokohnya hingga lakon gara-gara dimainkan, mengapa? Dalam falsafah orang jawa, hal ini diartiakan bahwa dalam setiap mengatasi masalah hendaknya selalu tenang, piker dengan kepala dingin dan utamakan musyawarah. Cermati dulu masalah yang ada jangan mengambil kesimpulan sebelum mengetahui masalahnya.
Ketika lakon gara-gara selesai, barulah ada adegan peperangan, itu dapat diartiakan jika musyawarah tidak dapat dilakukan maka jalan kekerasanpun boleh dilakukan untuk menegakkan kebenaran. Dalam islampun setiap dakwah yang dilakukan harus menggunakan tahap-tahap yang tidak bebeda dengan tahap-tahap yang ada dalam dunia pewayangan ini.
Para tokoh punawakan juga berfungsi sebagai pamaong “pengasuh” untuk tokoh wayang lainnya. Pada prinsipnya manusia butuh yang namanya pamong, mengingat lemahnya manusia., pamong dapat diartikan pula sebagai pelindung. Tiap manusia hendaknya selalu meminta lindungan kepada Allah SWT, sebagai sikap introspeksi terhadap segala kelemahan dalam dirinya, inilah falsafah sikap pamong yang digambarkan oleh para tokoh punakawan.
Makna yang terkandung dalam tokoh punakawan adalah sebagai berikut: semar, aslinya tokoh ini berasal dari bahasa arab yaitu ismar yang artinya paku. Tokoh ini dijadikan pengokoh terhadap semua kebenaran yang ada atau sebagai advicer dalam mencari kebenran terhadap segala masalah. Paku disini juga dapat difungsikan sebagai pedoman hidup, pengokoh hidup manusia, yang tidak lain adalah agama. Sehingga semar bukanlah tokoh yang harus dipuja, tapi penciptaan semar hanyalah penciptaan simbolisasi dari agama sebagai prinsip hidup setiap umat beragama.
Bagong berasal dari kata baghaa yang berarti berontak. Yaitu berontak terhadap kebatilan dan keangkaramurkaan. Dalam versi lain bagong berarti baqa’ yang artinay kekal yang artinya manusia hanya akan hidup kekel setelah di akhirat nanti.
Nala gareng juga diadaptasi dari bahasa arab yaitu naala qariin yang artinya memperoleh banyak teman, ini sejalan dengan dakwah para wali sebagai juru dakwah untuk memperoleh sebanyak-banyaknya teman untuk kembali kejalan Allah SWT dengan sikap arif dan jalan yang baik. (M hariwijaya, Islam Kijawen, 2006;249-250)
Petruk diadaptasi dari kata fatruk , kata pangkal dari sebuah wejangan yang berbunyi , fatruk kulla maasiwallahi, artinya tinggalkan semua apapun selain Allah. Wejangan tersebut kemudian menjadi watak para wali dan mubaligh para waktu itu. Petruk juga sering disebut kanthong bolong artinya kantong yang berlobang. Maknanya bahwa setiap manusia harus ikhlas beramal dan menyerahkan jiwa  raganya kepada Allah SWT tanpa pamrih ( Suwardi endraswara,Mistik kejawen,  2003)
Jadi tokoh punakwan tersebut merupakan gambaran nafsu hidup manusia, yakni semar (mutmainah), Gareng (amarah), Petruk (aluamah), Bagong (sufiah), bahkan sering ditambah lagi tokoh Tgog dari kata arab taghut (iblis), ini emua berarti bahwa pertunjukan wayang mengajak manusia untuk menuju kejalan yang benar dan mencegah hawa nafsu/ kemungkaran ( Suwardi endraswara,Mistik kejawen,  2003; 105)


C.    PENUTUP
Agama islam datang di jawa tidak lepas dari peran wali sanga terutama Suna kalijaga, ketika islam masuk rakyat dijawa merupan penganut ajaran hindhu- budha serta masih kental dengan praktik animisme dan dinamisme. Di sinilah  sunan kalijaga sedikit demi sedikit mulai mengajarkan islam kepada mereka dengan sinkretisme budaya karena pada saat itu budaya sudah berkembang begitu pesat.
Sunan kalijaga dengan berbagai caranya ternyata mampu memberikan warna tersendiri kedalam islam di jawa yang sampai saat ini dikenal dengan nama islam kejawen. Islam yang penuh dengan kearifan local yang didalamnya menyimpan berbagai mistis (misteri), yang tak akan habis dikupas nilai-nilai filosofisnya, walaupun sebagian ada yang merupakan mitos belaka.

DAFTAR PUSTAKA
M Hariwijaya, Islam Kejawen, Yogyakarta; Gelombang pasang, 2006
Suwardi endraswara, Mistik Kejawen, Yogyakarta,; Narasi, 2003
Share this article :

2 comments:

  1. INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI ANGEN JALLO DI NMR (_0_8_5_2_8_3_7_9_0_4_4_4_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT





    INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI ANGEN JALLO DI NMR (_0_8_5_2_8_3_7_9_0_4_4_4_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT





    INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI ANGEN JALLO DI NMR (_0_8_5_2_8_3_7_9_0_4_4_4_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT





    INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI ANGEN JALLO DI NMR (_0_8_5_2_8_3_7_9_0_4_4_4_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT

    ReplyDelete

Next Prev home
 
Support : Creating Website | Mas Imam
Copyright © 2009. GREEN GENERATION - All Rights Reserved