Berita Terbaru :
 photo Graphic1-31_zpsc1f49be2.jpg
Home » » Memahami Hadis dengan pendekatan Sosiologis

Memahami Hadis dengan pendekatan Sosiologis


PENDEKATAN SOSIOLOGIS


I.         PENDAHULUAN
Kajian hadist menarik perhatian para peminat studi hadist, baik dari kalangan islam, maupun non Islam. Bahkan hingga sekarang, kajian terhadap hadist, mulai dari kritik otensitias hadist, sampai pemaknaannya yang sampai sekarang masih terus berkembang.
Pemahaman hadist relatif berkembang dari zaman ke zaman, mulai dari tekstualis, konservatif, sampai kontekstualis. Seiring dengan perkembangan zaman, hadist dimaknai dengan sesuai kebutuhan pada zaman tersebut, dikarenakan teks hadist itu sangat terbatas adanya, sedangkan realitas perkembangan zaman selalu dinamis.
Pemakalah disini akan sedikit mengeksplorasi dan melengkapi  dari metode yang telah di bahas pada pemakalah-pemakalah  yang lalu, yaitu tentang bagaimana memahami sebuah hadist dengan pendekatan sosilogis.















II.      PEMBAHASAN
A.    Pendekatan sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan yang member sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam setiap persekutuan hidup manusia.
Dari beberapa peryataan diatas terlihat bahwa sosiologi adalah Ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang paling berkaitan. Dengan ilmu ini fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.
Selanjutnya, sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama dan hadis. Hal demikian dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama dan hadis yang baru dapat dipahami secara proporsial[1] dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosiologi. Dalam agama islam dapat dijumpai peristiwa Nabi Yusuf yang dahulu budak lalu akhirnya bisa jadi penguasa di Mesir. Mengapa dengan melaksanakan tugasnya nabi Musa harus dibantu oleh Nabi Harun, dan masih banyak lagi contoh yang lain. Beberapa peristiwa tersebut baru dapat dijawab dan sekaligus dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan ilmu sosial. Tanpa ilmu sosial peristiwa-peristiwa tersebut sulit dijelaskan dan sulit pula dipahami maksudnya.
Pendekatan sosiologis dimaksudkan agar orang yang akan memaknai dan memahami hadis itu memperhatikan keadaan masyarakat setempat secara umum.  Kondisi masyarakat pada saat munculnya hadis boleh jadi sangat mempengaruhi munculnya suatu hadis.  Jadi keterkaitan antara hadis dengan situasi dan kondisi masyarakat pada saat itu tidak dapat dipisahkan.  Karena itu dalam memahami hadis kondisi masyarakat harus dipertimbangkan agar pemaknaan tersebut tidak salah.[2]
Pendekatan sosiologis terhadap suatu hadist merupakan usaha untuk memahami hadist dari aspek tingkah laku sosial masyarakat pada saat itu.[3] Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa pendekatan sosiologis terhadap hadist adalah mencari uraian dan alasan tentang posisi masyarakat sosial yang berhubungan dengan ketentuan-ketentuan dalam hadist. Penguasaan konsep-konsep sosiologi dapat memberikan kemampuan untuk mengadakan analisis terhadap efektifitas hadist dalam masyarakat, sebagai sarana untuk merubah masyarakat agar mencapai keadaan-keadaan sosial tertentu yang lebih baik.[4] Misalnya hadist berikut:
لاَ تُسَافِرْ اْلمَرْأَةُ ثَلاَثَ أَياَّمٍ اِلاَّ مَعَ ذُىْ مَحْرَمٍ
Artinya : Janganlah seorang wanita bepergian sejauh perjalanan (yang ditempuh) tiga hari kecuali bersama mahrom.
Hadis di atas mempunyai sebab-sebab yang pada saat itu tidak bisa dipisahkan dalam memaknainya, apabila memaknai sebuah hadis dan meninggalkan sejarah turunnya hadis dapat dipastikan akan berujung pada makna yang kurang tepat bahkan keliru. Dalam hal ini metode pendekatan sosiologis sangatlah diperlukan, agar dapat di ketahui apa yang di maksud dari hadis tersebut, paling tidak mendekati kebenaran. Jika kita lihat kondisi historis dan sosiologis masyarakat saat ini, sangatlah mungkin larangan itu di latar belakangi terhadap kaum perempuan.
Klau kita perhatikan pada hadis di atas kita kan temukan makna yang tersirat pada larangan tersebut bahwa Rasullah saw sebenarnya menghendaki keamanan pada kaum perempuan pada saat bersafar. Mengingat pada masa itu dimana orang yang hendak bepergian ia menggunakan kendaraan seperti onta, keledai dll, tentu sangatlah berbeda dengan keadaan sekarang yang mana sarana transportasi sungguh lebih modern.
Namun ada beberapa pendapat yang berkenaan dengan hadis di atas sebagaimana yang dijelaskan oleh imam Abu Hanifah dan didukung oleh mayoritas ulama hadis adalah wajib hukumnya yang hendak haji, harus disertai marom atau suami, namun menurut Imam Syafi’I tidak wajib ia hanya keamanan saja, keamanan bisa diperolah oleh adanya mahrom atau suami perempuan-perempuan lain yang dapat dipercaya.[5]

III.   PENUTUP
Dengan memahami hadis melalui pendekatan sosiologis kita dapat memahami hadist dari aspek tingkah laku sosial masyarakat pada saat itu, dan sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama dan hadis.











DAFTAR PUSTAKA

Agil Husain Al-Munawwar dan Abdul Mustaqim, Asbabul Wurud : Studi Kritis Atas Hadis Nabi, Pendekatan Sosio, Historis, Kontekstual (Cet.1 ; Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001)

Muttaqin, Abdul, Pradigma Interkoneksi Dalam Memahami Hadis Nabi: Pendekatan Historis, Sosiologis Dan Antropologis, (Yogyakarta: Jurnal Study Ilmu-Ilmu Al-Qur;An Dan Al-Hadis, 2008)

Mustaqim, Abdul, Ilmu Ma’anil Hadist (Paradigma Interkoneksi). (Yogyakarta: Idea Press, 2009)

M, Syuhudi Ismail, Hadist Nabi yang Tekstual dan Kontekstual Telaah Ma’anil Hadist tentang ajaran Islam yang Universal, Temporal, dan lokal. (Jakarta: Bulan Bintang 1994)

(Shahih Bukhari, Juz IV, hal. 39. Shahih Muslim: Juz I





[1] Sepadan, sebanding, simetris
[2] Agil Husain Al-Munawwar dan Abdul Mustaqim, Asbabul Wurud : Studi Kritis Atas Hadis Nabi, Pendekatan Sosio, Historis, Kontekstual (Cet.1 ; Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), h.24-25.
[3] Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’anil Hadist (Paradigma Interkoneksi). (Yogyakarta: Idea Press, 2009), hal. 62.

[4] .......Ibid. hal. 63.  
[5] Abdul Muttaqin, Pradigma Interkoneksi Dalam Memahami Hadis Nabi: Pendekatan Historis, Sosiologis Dan Antropologis, Yogyakarta: Jurnal Study Ilmu-Ilmu Al-Qur;An Dan Al-Hadis, 2008.H 94

Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Next Prev home
 
Support : Creating Website | Mas Imam
Copyright © 2009. GREEN GENERATION - All Rights Reserved