EMPIRISME
I.
Pendahuluan
Empirisme adalah
suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh
pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peran akal. Istilah
empirisme diambil dari bahasa yunani empeiria yang berarti pengalaman.
Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme. Akan tetapi tidak
berarti bahwa rasionalisme ditolak sama sekali. Dapat dikatakan bahwa
rasionalisme dipergunakan dalam kerangka empirisme, atau rasionalisme dilihat
dalam bingkai empirisme.[1]
Orang pertama pada abad ke-17 yang mengikuti aliran
empirisme di Inggris adalah Thomas Hobbes (1588-1679). Jika Bacon lebih berarti
dalam bidang metode penelitian, maka Hobbes dalam bidang doktrin atau ajaran.
Hobbes telah menyusun suatu sistem yang lengkap berdasar kepada empirisme
secara konsekuen. Meskipun ia bertolak pada dasar-dasar empiris, namun ia
menerima juga metode yang dipakai dalam ilmu alam yang bersifat matematis. Ia
telah mempersatukan empirisme dengan rasionalisme matematis. Ia mempersatukan
empirisme dengan rasionalisme dalam bentuk suatu filsafat materialistis yang
konsekuen pada zaman modern.[2]
II. Pembahasan
Thomas Hobbes
(1588-1679) dilahirkan di Malmesbury, sebuah kota kecil yang berjarak 25 kilometer
dari London.Ia
dilahirkan pada tanggal 15 April 1588. Ketika Hobbes dilahirkan, armada Spanyol sedang
menyerbu Inggris. Ayah Hobbes adalah seorang pendeta di Westport, bagian dari Malmesbury.
Ayahnya bermasalah dengan pihak gereja sehingga melarikan diri dari kota
tersebut dan meninggalkan Hobbes untuk diasuh oleh pamannya.[3]
Pada tahun
1603-1608, Hobbes belajar di Magdalen Hall, Oxford pada usia 14
tahun. Menurut kesaksian pribadi Hobbes, ia tidak menyukai pelajaran fisika dan logika Aristoteles.
Ia lebih suka membaca mengenai eksplorasi terhadap penemuan tanah-tanah baru
serta mempelajari peta-peta bumi dan bintang-bintang. Karena itulah, astronomi
adalah bidang sains yang mendapat perhatian dari Hobbes, dan terus digeluti
oleh Hobbes. Kemudian pada masa kemudian, Hobbes juga menyesali
karena ia tidak mempelajari matematika saat menempuh pendidikan di Oxford.[4]
Pelbagai publikasi yang dilakukan Hobbes
(dengan ditambah karya-karya lain tentang matematika dan terjemahan Iliad
dan Odyssey karya Homeros dalam bahasa Inggris) membuktikan
produktivitas Hobbes pada usia yang semakin lanjut. Hobbes berusia 63 tahun
ketika "Leviathan" diterbitkan, dan ia terus menulis hingga umur 91
tahun ketika ia meninggal. Hobbes hidup bersama keluarga Cavendish
yang memberinya perlindungan dam keamanan. Kemudian saat Charles II, mantan
muridnya, mendapatkan kekuasaan di Inggris, Hobbes mendapat pengampunan karena
ia lari ke Inggris dan berpihak ke kubu anti-monarki.
Kendati Hobbes memiliki pengikut
setia di Inggris, namun ia lebih dihormati dan memiliki pengaruh di Perancis.
Ia dianggap sebagai salah satu filsuf terbesar yang pernah ada, dan buku
"Leviathan" menjadi terkenal di sana.
Hobbes meninggal pada tanggal 4
Desember 1679. Ia mengidap sakit serius sejak bulan Oktober dan seminggu
sebelum meninggal ia terkena stroke. Hobbes dimakamkan di Hault Hukcnall, dekat Hardwick Hall. Di atas batu
nisannya, terdapat perkataan yang ditulis oleh Hobbes sendiri: "Dia dalah
seorang ahli, dan karena reputasinya dalam banyak ilmu, ia dikenal luas baik di
dalam negeri maupun luar negeri ".
Empirisme
adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam
memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peran akal.
Istilah empirisme diambil dari bahasa yunani empeiria yang berarti
pengalaman. Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme. Akan
tetapi tidak berarti bahwa rasionalisme ditolak sama sekali. Dapat dikatakan
bahwa rasionalisme dipergunakan dalam kerangka empirisme, atau rasionalisme
dilihat dalam bingkai empirisme.[5]
Aliran
empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes (1588-1679),
namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya John Locke dan David
Hume.
Ajaran
ajaran pokok empirisme yaitu :
1.
Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang
dialami.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
Beberapa
jenis empirisme :
1.
Empirio-kritisisme
Disebut juga
Machisme. sebuah aliran filsafat yang bersifat subyaktif-idealistik. Aliran ini
didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini adalah ingin “membersihkan”
pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan, kausalitas, dan
sebagainya, sebagai pengertian apriori. Sebagai gantinya aliran ini mengajukan
konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen-elemen netral atau sensasi-sensasi
(pencerapan-pencerapan). Aliran ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali
ide Barkeley dan Hume tatapi secara sembunyi-sembunyi, karena dituntut oleh
tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.
2.
Empirisme logis
Analisis logis Modern dapat diterapkan pada pemecahan-pemecahan problem
filosofis dan ilmiah. Empirisme Logis berpegang pada pandangan-pandangan
berikut:
a. Ada batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan prinsip kesimpulan induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman.
b. Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan (direduksikan) pada proposisi-proposisi mengenai data inderawi yang kurang lebih merupakan data indera yang ada seketika.
c. Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak mengandung makna.
a. Ada batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan prinsip kesimpulan induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman.
b. Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan (direduksikan) pada proposisi-proposisi mengenai data inderawi yang kurang lebih merupakan data indera yang ada seketika.
c. Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak mengandung makna.
3.
Empiris Radikal
Suatu aliran
yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman
inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak secara demikian itu, dianggap bukan
pengetahuan. Soal kemungkinan melawan kepastian atau masalah kekeliruan melawan
kebenaran telah menimbulkan banyak pertentangan dalam filsafat. Ada pihak yang
belum dapat menerima pernyataan bahwa penyelidikan empiris hanya dapa
memberikan kepada kita suatu pengetahuan yang belum pasti (Probable). Mereka
mengatakan bahwa pernyataan- pernyataan empiris, dapat diterima sebagai pasti jika
tidak ada kemungkinan untuk mengujinya lebih lanjut dan dengan begitu tak ada
dasar untukkeraguan. Dalam situasi semacam iti, kita tidak hanya berkata: Aku
merasa yakin (I feel certain), tetapi aku yakin. Kelompok falibisme akan
menjawab bahwa: tak ada pernyataan empiris yang pasti karena terdapat sejumlah
tak terbatas data inderawi untuk setiap benda, dan bukti-bukti tidak dapat
ditimba sampai habis sama sekali.
Orang pertama pada abad ke-17 yang mengikuti aliran
empirisme di Inggris adalah Thomas Hobbes (1588-1679). Jika Bacon lebih berarti
dalam bidang metode penelitian, maka Hobbes dalam bidang doktrin atau ajaran.
Hobbes telah menyusun suatu sistem yang lengkap berdasar kepada empirisme
secara konsekuen. Meskipun ia bertolak pada dasar-dasar empiris, namun ia
menerima juga metode yang dipakai dalam ilmu alam yang bersifat matematis. Ia
telah mempersatukan empirisme dengan rasionalisme matematis. Ia mempersatukan
empirisme dengan rasionalisme dalam bentuk suatu filsafat materialistis yang
konsekuen pada zaman modern.
Menurut Hobbes, filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang
bersifat umum, sebab filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek
atau akibat-akibat, atau tentang penampakan-panampakan yang kita peroleh dengan
merasionalisasikan pengetahuan yang semula kita miliki dari sebab-sebabnya atau
asalnya. Sasaran filsafat adalah fakta-fakta yang diamati untuk mencari
sebab-sebabnya. Adapun alatnya adalah pengertian-pengertian yang diungkapkan
dengan kata-kata yang menggambarkan fakta-fakta itu. Di dalam pengamatan
disajikan fakta-fakta yang dikenal dalam bentuk pengertian-pengertian yang ada
dalam kesadaran kita. Sasaran ini dihasilkan dengan perantaraan
pengertian-pengertian; ruang, waktu, bilangan dan gerak yang diamati pada
benda-benda yang bergerak. Menurut Hobbes, tidak semua yang diamati pada
benda-benda itu adalah nyata, tetapi yang benar-benar nyata adalah gerak dari
bagian-bagian kecil benda-benda itu. Segala gejala pada benda yang menunjukkan
sifat benda itu ternyata hanya perasaan yang ada pada si pengamat saja. Segala
yang ada ditentukan oleh sebab yang hukumnya sesuai dengan hukum ilmu pasti dan
ilmu alam. Dunia adalah keseluruhan sebab akibat termasuk situasi kesadaran
kita.[6]
Sebagai penganut empirisme, pengenalan atau pengetahuan
diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan,
juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh
pengalaman. Segala pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Dengan demikian,
hanya pengalamanlah yang memberi jaminan kepastian.
Berbeda dengan kaum rasionalis, Hobbes memandang bahwa
pengenalan dengan akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis semata-mata. Ketika
melakukan proses penjumlahan dan pengurangan misalnya, pengalaman dan akal yang
mewujudkannya. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah keseluruhan atau
totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu
pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa
lalu. Pengamatan inderawi terjadi karena gerak benda-benda di luar kita
menyebabkan adanya suatu gerak di dalam indera kita. Gerak ini diteruskan ke
otak kita kemudian ke jantung. Di dalam jantung timbul reaksi, yaitu suatu
gerak dalam jurusan yang sebaliknya. Pengamatan yang sebenarnya terjadi
pada awal gerak reaksi tadi.
Untuk mempertegas pandangannya, Hobbes menyatakan bahwa
tidak ada yang universal kecuali nama belaka. Konsekuensinya ide dapat
digambarkan melalui kata-kata. Dengan kata lain, tanpa kata-kata ide tidak
dapat digambarkan. Tanpa bahasa tidak ada kebenaran atau kebohongan. Sebab, apa
yang dikatakan benar atau tidak benar itu hanya sekedar sifat saja dari
kata-kata. Setiap benda diberi nama dan membuat ciri atau identitas-identitas
di dalam pikiran orang.[7]
III.
Penutup
Hobbes dikenal sebagai salah seorang perintis kemandirian
filsafat. Hobbes berpendapat bahwa selama ini, filsafat banyak disusupi gagasan
religius. Hobbes menegaskan bahwa obyek filsafat adalah obyek-obyek lahiriah
yang bergerak beserta ciri-cirinya. Menurutnya, substansi yang tak dapat
berubah, seperti Allah, dan substansi yang tak dapat diraba secara empiris,
seperti roh, malaikat, dan sebagainya, bukanlah obyek dari filsafat. Hobbes
menyatakan bahwa filsafat harus membatasi diri pada masalah kontrol atas alam.
Berdasarkan
pemikiran tersebut, Hobbes menyatakan hanya ada empat bidang di dalam filsafat,
yakni:
- Geometri, yang merupakan refleksi atas benda-benda dalam ruang.
- Fisika, yang merupakan refleksi timbal-balik benda-benda dan gerak mereka.
- Etika, yang dalam pengertian Hobbes dekat dengan psikologi. Maksudnya, refleksi atas hasrat dan perasaan manusia serta gerak-gerak mentalnya.
- Politik, yang adalah refleksi atas institusi-institusi sosial. [8]
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwijono, Harun, Sari Sejarah Filsafat II, Kanisius,
Yogyakarta, 1980
S. Praja, Juhaya, aliran aliran filsafat dan etika,
Kencana, Jakarta, 2005
Tafsir, Ahmad., Filsafat
Umum, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998
L. Tjahjadi, Simon Petrus,
petualangan intelektual, Kanisius, Yogjakarta, 2004
Hardiman
Budi. S, Filsafat Modern: Dari Machiavelli
sampai Nietzsche, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2007
[3]
Juhaya S. Praja. 2005. Aliran-Aliran
Filsafat dan Etika. Jakarta: Kencana. Hal. 105-110.
[4]
Simon Petrus L. Tjahjadi.
2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 227-236.
[8]
F. Budi Hardiman. 2007. Filsafat
Modern: Dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hal. 65-73.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !